Sabtu 10 Jul 2021 19:06 WIB

Epidemiolog UI: Pandemi Covid Dapat Berubah Jadi Endemi

Survei menunjukkan separuh warga Jakarta pernah terpapar Covid-19.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Teguh Firmansyah
dr Pandu Riono
Foto: Tangkapan layar TVOne.
dr Pandu Riono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono menilai, kekebalan komunal di DKI Jakarta akan lebih sulit tercapai. Sebab, kata dia, Jakarta merupakan kota terbuka dengan mobilitas masyarakat yang tinggi.

"Konsekuensinya, semua penduduk yang beraktivitas di Jakarta, baik warga Jakarta maupun pendatang, harus memiliki kekebalan (telah tervaksinasi) yang dapat mengatasi semua varian virus," ujar Pandu dalam diskusi virtual, Sabtu (10/7).

Baca Juga

Bahkan, Pandu menilai, tidak menutup kemungkinan pandemi Covid-19 ini dapat berubah menjadi endemi. Sehingga diperlukan strategi penanganan pandemi secara cepat dan signifikan untuk jangka pendek, serta antisipasi jangka menengah, dan jangka panjang.

Oleh karena itu, Pandu menyebut, pemerintah perlu memperkuat 3T (testing, tracing, treatment) agar dapat mengendalikan pandemi ini. Namun, masyarakat juga harus terbiasa untuk mampu menilai risiko dan menjaga pola hidup sehat dengan kebiasaan 5M agar siap berkegiatan secara produktif di tengah ancaman jangka panjang endemi Covid-19.

"Karena, seperti diketahui, vaksinasi memang dapat menekan risiko perawatan di rumah sakit dan risiko kematian walaupun tidak bisa sepenuhnya menghentikan penularan," tutur dia.

Pandu bersama sejumlah lembaga terkait telah melakukan survei serologi untuk mengukur proporsi warga DKI Jakarta yang memiliki antibodi terhadap Covid-19. Berdasarkan hasil survei tersebut Pandu mengungkapkan, hampir separuh penduduk Ibu Kota pernah terinfeksi Covid-19.

Survei serologi ini berbasis populasi dengan metode sampling yang dilakukan pada kurun waktu 15-31 Maret 2021. Survei dilaksanakan di 100 kelurahan di enam wilayah Kota/Kabupaten Administrasi Jakarta.

"Ternyata dari hasil studi hampir separuh penduduk Jakarta pernah terinfeksi, itu angkanya 44,5 persen. Artinya bahwa ini cukup besar karena Jakarta memang epicenter dari pandemi dan menjadi kontributor terbesar dari negara Republik Indonesia ini," katanya,

Pandu menjelaskan, dari survei itu, jumlah warga Jakarta yang terpapar virus corona paling banyak berusia 30-49 tahun. Adapun infeksi pada kelompok perempuan lebih tinggi, yakni sebesar 47,9 persen dan kelompok laki-laki 41 persen.

“Masyarakat di wilayah padat penduduk lebih rentan terinfeksi Covid-19 (48,4%). Semakin meningkat indeks massa tubuh, semakin banyak juga yang terinfeksi, dalam hal ini kelebihan berat badan (52,9%) dan obesitas (51,6%). Orang dengan kadar gula darah tinggi juga lebih berisiko,” paparnya.

Kemudian, dia mengungkapkan, jumlah estimasi warga yang terinfeksi yaitu 4,7 juta dari total penduduk Jakarta sekitar 10 juta orang. Dari jumlah estimasi warga yang pernah terinfeksi Covid-19 jelas dia, hanya 8,1 persen yang terdeteksi. "Sebagian besar yang pernah terinfeksi, tidak terdeteksi. Selain itu, sebagian besar yang pernah terinfeksi, baik terdeteksi maupun tidak terdeteksi, tidak pernah merasakan gejala," jelas dia.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti menjelaskan, serologi merupakan teknik berbasis imunologi yang bertujuan untuk mengukur respons imun terhadap suatu antigen dari sediaan darah seseorang. Apabila seseorang pernah terpapar pada agen infeksius tertentu, tubuhnya akan terpicu menghasilkan antibodi spesifik yang dapat dideteksi.

“Melalui survei ini, kita dapat memperkirakan proporsi warga Jakarta yang pernah terinfeksi oleh virus SARS CoV-2, baik yang teridentifikasi / terkonfirmasi oleh tes PCR maupun yang tidak. Kita bisa melihat juga gambaran lebih utuh tentang situasi pandemi di Jakarta. Sehingga, strategi penanganan dan pengendaliannya pun bisa disesuaikan,” ujar Widyastuti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement