Sabtu 10 Jul 2021 00:02 WIB

Maluku Utara, Paling Bandel Pakai Masker dan Jaga Jarak

33 daerah miliki tingkat kepatuhan bermasker kurang dari 60 persen selama sepekan.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Indira Rezkisari
Warga menggunakan masker.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga menggunakan masker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maluku Utara tercatat sebagai provinsi yang memiliki cakupan desa dan kelurahan terbanyak dengan kepatuhan penggunaan masker dan jaga jarak rendah. Penilaian ini khusus untuk provinsi di luar Jawa dan Bali. Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Jarwansyah, menyampaikan, ada 50 persen desa dan kelurahan di Maluku Utara yang warganya memiliki kepatuhan menggunakan masker dan jaga jarak rendah.

Jika dirinci, Jarwansyah menambahkan, total ada 33 kabupaten/kota di Indonesia yang memiliki tingkat kepatuhan menggunakan masker kurang dari 60 persen dalam tujuh hari terakhir. Sementara itu ada 99 kabupaten/kota yang tingkat kepatuhan warganya dalam memakai masker sudah di atas 90 persen.

Baca Juga

Sementara untuk kepatuhan dalam menjaga jarak, pemerintah mencatat ada 35 kabupaten/kota di Indonesia yang kepatuhan warganya dalam menjaga jarak kurang dari 60 persen. Hanya 94 kabupaten/kota, dari total 218 kabupaten/kota di Indonesia, yang tingkat kepatuhan warga dalam menjaga jarak sudah di atas 90 persen.

"Rata-rata sekitar 23,97 persen kelurahan dan desa di Indonesia memiliki kepatuhan rendah dalam memakai masker, dan 20,19 persen kelurahan-desa memiliki kepatuhan rendah dalam menjaga jarak," ujar Jarwansyah dalam keterangan pers dengan Menko Perekonomian, Jumat (9/7).

Untuk kepatuhan memakai masker, selain Maluku Utara juga dilaporkan ada Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah yang memiliki jumlah desa dan kelurahan dengan kepatuhan rendah. Sedangkan untuk kepatuhan menjaga jarak, selain Maluku Utara juga dilaporkan Bangka Belitung dan Bengkulu yang memiliki kepatuhan rendah.

Jarwansyah menambahkan, pihaknya berharap kegiatan penegakan disiplin protokol kesehatan bisa kembali meningkat seperti yang sempat terjadi pada Mei 2021. Hal ini diyakini sangat membantu proses pemutusan rantai penularan Covid-19. "Sementara itu, penutupan rumah ibadah, pelaksanaan tracing, dan vaksinasi meningkat drastis dalam dua pekan terakhir," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement