REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Dr Andani Eka Putra, mengatakan, tingginya positivity rate di Sumatra Barat yang mencapai 29,63 persen karena pengendalian pandemi di Sumbar buruk. Upaya testing, tracing dan tingkat kepatuhan masyarakat, menurut Andani, terbilang rendah.
"Karena pengendalian kita tidak bagus. Testing turun, tracing turun, isoman banyak, masyarakat tidak patuh," kata Andani di Padang, Rabu (7/7).
Andani yang juga selaku Tenaga Ahli Menteri Kesehatan Ri menyebut, tracing menurun yang berakibat pada menurunnya jumlah testing. Idealnya, menurut dia, testing rate adalah di angka 6-8 orang. Sementara yang dilakukan di Sumbar hanya 2-3. Selain itu, kontak tracing di Sumbar idealnya adalah 10-15. Sedangkan yang dilakukan di Sumbar hanya 3-4 orang. "Masih jauh kan," ujar Andani.
Selain itu, 70 persen kasus aktif ditangani dengan isolasi mandiri. Harusnya menurut Andani, isolasi mandiri hanya 20 persen dari total keseluruhan kasus. Penyebab lain lanjut Andani karena masyarakat tidak patuh terhadap protokol kesehatan.
Andani mengingatkan, pemda-pemda terutama kepala daerah agar mewaspadai terjadinya ledakan kasus. Supaya risiko pengetatan tidak harus dilakukan. Karena kalau sudah harus melakukan pengetatan, menurut Andani, akan berakibat kepada penurunan perekonomian masyarakat.
"Karena pengetatan itu membunuh ekonomi masyarakat. Karena pengetatan itu jurus terakhir pada saat tak siap dari awal pada proses pengendalian. Itu masalahnya," kata Andani.