Rabu 07 Jul 2021 16:20 WIB

Stok Oksigen untuk Pasien Covid-19 di Palangkaraya Aman

Palangkaraya diklaim masih punya stok oksigen yang cukup untuk tangani pasien Covid

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Petugas menurunkan tabung oksigen dari truk. Palangkaraya diklaim masih punya stok oksigen yang cukup untuk tangani pasien Covid. Ilustrasi.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menurunkan tabung oksigen dari truk. Palangkaraya diklaim masih punya stok oksigen yang cukup untuk tangani pasien Covid. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKARAYA - Persediaan oksigen tabung yang digunakan untuk penanganan pasien Covid-19 di Kota Palangkaraya masih aman. Keterangan ini disampaikan Kepala Rumah Sakit Perluasan (RSP) Hotel Batu Suli Kota Palangkaraya Probo Wuryantoro.

"Untuk pasokan oksigen tabung sampai saat ini masih mencukupi baik yang digunakan untuk penanganan pasien Covid-19 di RSUD kota maupun di RS Perluasan," kata Probo di Palangkaraya, Rabu (7/7).

Baca Juga

Demi mengantisipasi kekurangan atau menipisnya jumlah oksigen tabung, RSP juga terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menjadikan pemerintah sebagai prioritas pelayanan penyediaan oksigen. Mengacu pada instruksi Kementerian Kesehatan dalam petunjuk teknis penanganan Covid-19, yang menjadi prioritas masuk rumah sakit adalah mereka yang bergejala sedang hingga berat dan membutuhkan terapi oksigen.

"Jadi hanya dibatasi bagi mereka yang memiliki saturasi oksigen di bawah 95 persen. Sedangkan bagi yang bergejala ringan, kita anjurkan untuk isolasi mandiri. Namun tetap dalam pengawasan tenaga medis," jelas Probo.

Di sisi lain pihaknya meminta Pemerintah Palangkaraya untuk segera melakukan pengadaan sejumlah obat yang saat ini mulai sulit dicari. Contohnya seperti antivirus Remdesivir. Menurutnya hampir 70 persen pasien Covid-19 bergejala berat diberikan obat tersebut untuk mempercepat upaya penyembuhan.

Dia memperkirakan stok obat tersebut akan cukup sampai Oktober mendatang. Namun melihat tingginya penambahan kasus maka Probo meminta pemerintah kota melakukan antisipasi kekurangan pasokan.

"Apalagi, saat ini banyak negara yang juga menggunakan obat tersebut. Termasuk India yang merupakan penyedia obat Remdesivir kini digunakan sendiri. Harga obat antivirus tersebut awalnya berkisar Rp 300 ribu kini melonjak hingga 400 persen atau mencapai Rp 1,2 juta," katanya.

Probo mengaku pihaknya juga telah berkoordinasi dengan distributor untuk melakukan pemesanan produk jauh-jauh hari. Menurut dia jika pasien Covid-19 tidak mendapat terapi atau obat yang tepat, maka pasien gejala berat memiliki risiko kematian tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement