REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung memastikan sekolah-sekolah pada jenjang PAUD, TK, SD dan SMP memulai kegiatan pembelajaran tahun ajaran baru tahun 2021-2022 masih menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kebijakan tersebut dilakukan mengingat kasus penyebaran Covid-19 yang melonjak signifikan.
"PPKM (penerapan pembatasan kegiatan masyarakat) sampai tanggal 20 sementara tahun ajaran baru mulai tanggal 19 Juli dipastikan 19 Juli full PJJ," ujar Kabid Pengembangan SD Disdik Kota Bandung, Bambang Ariyanto, Selasa (6/7).
Selesai pemberlakuan PPKM darurat, ia menuturkan pihaknya masih menunggu keputusan pemerintah melalui satgas apakah sekolah-sekolah masih akan tetap menyelenggarakan PJJ atau diperbolehkan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Diharapkan kasus penyebaran Covid-19 menurun di Kota Bandung sehingga dapat digelar PTMT.
Bambang mengatakan Disdik sudah mempersiapkan dua skema pembelajaran yaitu untuk PJJ dan PTMT. Sebagian para siswa akan melakukan PJJ dan sebagian lagi mengikuti PTMT.
"Angka perkembangan Covid-19 dinamis, mungkin saja Kota Bandung landai. Gugus tugas dimungkinkan PTMT nanti ada dua moda pembelajaran, PTM terbatas jumlah dan hari dan ada sekelompok anak di sekolah dan rumah," katanya.
Ia menuturkan, hasil evaluasi simulasi pembelajaran tatap muka yang dilakukan kepada 330 sekolah berbagai jenjang sekitar 95 persen sudah siap. Sedangkan sebagian kecil sekolah belum melaksanakan simulasi karena terdapat kepala sekolah atau guru yang terpapar Covid-19.
"Sekolah siap (sarana prasarana), orang tua mengijinkan dan anak sudah memahami," katanya. Namun saat ini pembelajaran akan dilakukan tetap dengan daring hingga kondisi dan situasi penyebaran Covid-19 melandai dan gugus tugas memperbolehkan untuk PTMT.
Bambang menambahkan evaluasi terhadap pembelajaran jarak jauh dilakukan selama setahun terakhir, berbagai kendala masih didapati. Beberapa diantaranya yaitu keterbatasan kuota internet, jaringan dan masalah masing-masing di rumah peserta didik.
Ia mengatakan, kebanyakan siswa tidak memiliki telepon genggam sendiri dan memakai milik orang tuanya. Namun, pengunaannya baru bisa dilakukan pasca orang tua selesai bekerja. Selain itu, masih terdapat siswa yang tidak terbiasa belajar secara daring.
Kendala lainnya, para guru mayoritas banyak berusia 50 tahun ke atas dan kesulitan menggunakan teknologi informasi. Termasuk siswa tidak didampingi saat belajar oleh orang tua karena bekerja.
"7.000 orang anak merasa tidak ada kendala (PJJ), 6.000 anak kurang fokus belajar karena berbagai kendala seperti fasilitas, tidak ada pengawasan dan lainnya," katanya. Pihaknya terus berupaya memperbaiki kendala-kendala yang dihadapi oleh guru, sekolah dan peserta didik.