Ahad 04 Jul 2021 18:10 WIB

Pemprov Kalsel Dukung Pengembangan Kopi LIberika

Budi daya kopi liberika dikhawatirkan berpengaruh terhadap komoditas perkebunan lain.

Pemilik usaha Erika mengemas bubuk kopi khas Dayak Erikano di rumahnya di Jalan Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (21/1/2021). Kopi yang menggunakan jenis biji liberika dan excelsa lalu diolah dengan rempah-rempah khas Dayak itu dipasarkan ke berbagai daerah seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Kendari dengan harga jual Rp25 ribu per bungkus.
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Pemilik usaha Erika mengemas bubuk kopi khas Dayak Erikano di rumahnya di Jalan Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (21/1/2021). Kopi yang menggunakan jenis biji liberika dan excelsa lalu diolah dengan rempah-rempah khas Dayak itu dipasarkan ke berbagai daerah seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Kendari dengan harga jual Rp25 ribu per bungkus.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mendukung pengembangan kopi liberika di Desa Wisata Muara Kanoco Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala menjadi salah satu potensi baru perkebunan Kalsel.

Pj Gubernur Kalsel Safrizal ZA di Banjarmasin Sabtu mengatakan, Kabupaten Barito Kuala menjadi salah satu daerah potensial untuk budi daya kopi liberika, karena jenis kopi ini sangat cocok ditanam di lahan yang hanya memiliki ketinggian antara 3 hingga 9 meter.

"Saya sangat mengapresiasi upaya pengembangan perkebunan kopi liberika di lokasi Taman Buah Lokal Wisata Kanoco ini, semoga upaya ini bisa meningkatkan kesejahteraan warga," kata Safrizal.

Menurut Safrizal, jenis kopi liberika kendati belum populer di Indonesia, namun sudah mulai dikenal khususnya di Jakarta, yang namanya tidak begitu berbeda dengan jenis kopi lainnya seperti arabika, robusta dan ekselsa.

Safrizal berharap, ke depan Batola dapat menjadi sentra komoditas kopi liberika Kalsel, bukan hanya mentah, namun juga berbentuk produk hingga penyajian.

"Saya berharap di bawah binaan Bupati Noormiliyani, para petani kopi di sini mampu menjadikan kopi liberika, sebagai kopi khasnya Kalsel dan menjadi hak paten," katanya.

Sehingga, tambah dia, jika ada yang ingin minum bisa datang langsung ke Batola dengan dilengkapi tempat minum yang bagus. "Saya cukup mengenali kopi karena sangat menyukai jenis minuman ini. Dalam sehari saya minum kopi antara 10 hingga 14 kali. Karenanya saya tergolong maniak kopi," katanya.

Sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan kopi liberika, Safrizal bersama beberapa pimpinan SKPD provinsi ini, menanam kopi di Desa Wisata Muara Kanoco.

Bupati Batola Noormiliyani mengatakan, pihaknya akan berupaya mencadangkan perkebunan kopi tersebut di lahan-lahannya. Bila pengembangan kopi liberika tersebut mengganggu komoditas perkebunan lain yang sudah sukses dikembangkan di daerah tersebut.

"Saya agak khawatir budi daya kopi ini berpengaruh terhadap komoditas perkebunan lain yang selama ini sudah tergolong berhasil bahkan beberapa di antaranya menjadi sentra seperti padi dan buah-buahan berupa jeruk, rambutan, nanas dan lainnya," katanya.

Sehingga bila pengembangan komoditas baru tersebut bisa berpengaruh kepada komoditas lain, maka sebaiknya bisa dicadangkan lokasi lain yang terdapat di Batola.

Dwi Putra dari Biji Kopi Borneo mengutarakan, kopi liberika dikenal sebagai kopi khas gambut, karena kemampuan untuk beradaptasi serta kuat terhadap serangan hama dan iklim panas maupun kelembaban tinggi.

Kopi liberika, tambah Dwi, biasa ditanam tumpang sari dengan tanaman lain, terkecuali sawit. Jenis kopi ini, memerlukan naungan atau dapat menjadi tanaman pelindung untuk mengurangi intensitas matahari sampai di kanopi daun.

Selain itu, papar dia, tanaman ini tidak rakus air dan tidak merusak tata kelola hidrologi gambut. "Batola memiliki banyak lahan gambut maka sangat cocok menjadi komoditi utama kopi jenis liberika," katanya di Lokasi Desa Wisata Muara Kanoco Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement