REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdapat dua jenis kopi yang banyak dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomi penting dalam perdagangan kopi dunia dengan total produksi mencapai 98 persen. Yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Sedangkan sisanya 1 hingga 2 persen merupakan kopi jenis lain di antaranya kopi Liberika yang termasuk dalam kelompok kopi liberoid.
Dengan citarasa yang unik, kopi Liberika memiliki kekuatan untuk dikesplorasi dan dikembangkan lebih lanjut sebagai kopi yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Produksi kopi liberika tidak hanya dijual di pasar lokal tetapi sebagian besar diekspor ke Malaysia yang merupakan pasar utama. Di Malaysia, harga kopi Liberika berkisar antara 14–16 ringgit atau sekitar Rp 44.800 hingga Rp 51.200 per kilogram.
"Hal ini tentunya membuka peluang bagi pengembangan kopi Liberika Indonesia," ujar Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si.
Kopi Liberika memiliki daya adaptasi baik pada lahan-lahan marginal khususnya lahan gambut dan pasang surut yang tidak mungkin ditanami kopi jenis lain.
"Lahan pasang surut di Indonesia sangat luas, sekitar tujuh juta hektar di antaranya berpotensi untuk pengembangan kopi Liberika yang dapat ditumpangsarikan dengan tanaman penaung produktif seperti kelapa atau pinang sebagai upaya peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani," kata dia.
Liberoid Meranti 1 (LIM 1) dan Liberoid Meranti 2 (LIM 2) merupakan varietas unggul kopi Liberika spesifik lokasi lahan gambut yang telah disetujui sebagai benih bina tahun 2015. Varietas ini termasuk tipe komposit bersari bebas, merupakan hasil seleksi pada populasi kopi liberoid di Desa Kedaburapat Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.
Deskripsi varietas kopi Liberoid Meranti 1 berbentuk tanaman tergolong tinggi. Jika tidak dipangkas tingginya dapat mencapai empat hingga 5,5 meter dengan diameter tajuk tiga hingga 4,5 meter. Buahnya kecil hingga sedang, bobot rata-rata 3,6 gram per butir.