Rabu 30 Jun 2021 20:35 WIB

Rendahnya Literasi Indonesia dan 4 Langkah Solusi

Survei sebut tingkat literasi masyarakat Indonesia masih rendah

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
webinar bertajuk “Melek Digital Ala Milenial: Cerdas Bermedia Sosial Melalui Literasi Digital” yang yang digelar PMI pada Selasa (29/6),
Foto: Dok Istimewa
webinar bertajuk “Melek Digital Ala Milenial: Cerdas Bermedia Sosial Melalui Literasi Digital” yang yang digelar PMI pada Selasa (29/6),

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tingkat literasi digital masyarakat Indonesia masih kurang dan sangat minim. Penggerak Milenial Indonesia (PMI) pun mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk melek digital di era disrupsi informasi.   

Hal tersebut mengacu kepada data survei indeks literasi digital nasional yang dilakukan Katadata Insight Center dan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2020. 

Dalam survei itu, kata Koordinator PMI, M Adhiya Muzakki, literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada level sedang.

“Kami menilai, hal yang paling urgen untuk didorong peningkatannya adalah kemampuan berpikir kritis tentang media dan data,” ujar Adhiya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (30/6).

Dalam webinar bertajuk “Melek Digital Ala Milenial: Cerdas Bermedia Sosial Melalui Literasi Digital” yang yang digelar PMI pada Selasa (29/6), anggota Komisi I DPR RI, Bobby Adhityo Rizaldi juga menyampaikan minimnya tingkat digital literasi masyarakat Indonesia.

Dalam pemaparannya, Bobby menyebutkan bahwa indeks literasi digital belum mencapai skor baik (4.00), baru sedikit di atas sedang (3.00). Oleh karena itu, menurut Bobby, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pemerintah bersiap meluncurkan program Literasi Digital Nasional (Siberkreasi) dengan mengusung tema “Indonesia Makin Cakap Digital 2021”.

“Tahun 2021 ini direncanakan akan diadakan 20 ribu program pelatihan berdasar modul dan kurikulum yang menyasar empat pilar literasi digital yaitu etika, keterampilan, digital budaya serta keamanan,” ucapnya.

Senada dengan Bobby, Chairman and Founder Media Wave, Yose Rizal setuju dengan media sosial agar masuk ke dalam kurikulum pembelajaran. Alasannya adalah agar media sosial dan realita sejalan. 

“Bagaimana mereka bisa tumbuh dengan baik jika di berikan hoax, mencaci maki presidennya. Bagaimana anak-anak kita bisa tumbuh dengan baik,” kata Yose.

Sementara itu, Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute, Gun Gun Heryanto, memberikan tips langkah-langkah untuk melek literasi digital. 

Pertama, menurut dia, harus mendaftar dan menganalisis isu-isu kontemporer melalui teknik conclusion, finding, recommendation (CFR).

Kedua, membuat peer group untuk sharing dan melakukan aksi literasi bersama. Ketiga, mempublikasikan narasi sehat dan kontra narasi dari hoax

Keempat, melakukan advokasi. “PMI ini sebagai peer group, mempublikasikan narasi dan mengkontrol narasi, yang terlahir melakukan advokasi. Peran kita itu menjadi peran elaboratif. Sebab bangsa ini terlalu besar untuk di kerjakan satu kelompok, membutuhkan banyak kelompok,” jelasnya.

Sedangkan CEO Komunikonten and Global Influencer School, Hariqo Satria Wibawa, mengajak kepada seluruh anak muda agar sama-sama merawat dan menjaga persatuan dan kesatuan NKRI melalui media digital.

Dalam menggunakan media digital, Hariqo, meminta masyarakat agar memahami etika media sosial. Menurut dia, bermedia sosial harus bisa dijadikan solusi. 

Motivasinya bukan hanya duit semata, tetapi untuk menyelesaikan masalah. Menurut Hariqo, yang paling penting adalah memberdayakan profesi-profesi, seperti akademisi harus aktif di media sosial untuk memberikan pendapatnya.

“PMI harus menjadi motivasi penggerak bagi anak bangsa. Kita dalam gerakan digital ini internet perlu, ngumpul juga perlu,” katanya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement