Kamis 01 Jul 2021 05:15 WIB
Lesson Learning dari Covid-19 (2)

Ketika Khalifah Over-Masculine

Kombinasi ini beri kemampuan manusia untuk memikul kapasitas sebagai khalifah di Bumi

Manusia mempunyai modal sebagai khalifah di muka Bumi
Foto:

Oleh : Prof Nasaruddin Umar

Makhluk lain tidak terkecuali malaikat, tidak mungkin berdosa karena tidak memiliki quwwah jalaliyyah. Meraka hanya memiliki quwwah jamaliyyah. Malaikat dan makhluk lainnya hanya bisa merepresentasikan aspek perbedaan dan ketakterbandingan (tanzih) tetapi tidak bisa merepresentasikan aspek keserupaan dan keterbandingan (tasybih). 

Sebaliknya mausia, dengan kombinasi kedua kekuatan yang dimilikinya mampu mencapai maqam "sintesa ketuhanan" (al-jam'yyat al-ilahiyyah). Manusia mampu menampilkan sifat-sifat jalaliyyah di samping sifat-sifat jamaliyyah Tuhan. 

Komposisi masculine-feminine harus selalu terukur agar tidak berat sebelah. Manusia mampu mencapai ma'rifah tingkat lebih tinggi, yang dalam ilmu tasawuf sering disebut “Maqam Adna” (Q.S. Al-Najm/53:9). 

Selain berbagai keistimewaan yang disebutkan di atas, manusia juga diberikan keistimewaan khusus, di mana alam semesta ditundukkan kepadanya, yang lebih dikenal dengan konsep taskhir dalam teologi Islam. 

Segenap alam semesta ditundukkan  kepada manusia dalam kapasitasnya sebagai khalifah (khalaif al-ardh), sebagaimana disebutkan dalam ayat: Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia. (Q.S. al-Hajj/22:65).

Ketundukan (taskhir) alam semesta kepada manusia bukannya tanpa reserve. Alam semesta akan tunduk sepanjang manusia menjalankan kapasitas kekhalifahannya dengan benar. Manusia tetap memimpin jagat raya sesuai dengan tuntunan Sang Khaliq sebagaimana dituntunkan dalam Kitab Suci. 

Misalnya di dalam menjalankan kapasitas kekhalifahannya selalu mencontoh Allah Swt sebagai “Pemelihara alam-alam semesta” (Rabb al-‘alamin/Q.S. al-Fatihah/1:2), manusia juga harus sadar bahwa Allah Swt lebih menonjol sebagai The Mother of God daripada The Father of God di dalam mengelola alam semesta ini. Sebagai khalifah, manusia juga tidak boleh melampau batas: “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. al-An’am/6:141). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement