Selasa 29 Jun 2021 22:02 WIB

Wiku: Gelombang Kedua Covid-19 Terjadi di Indonesia

Gelombang kedua terlihat dari peningkatan kasus hingga 21.345 kasus

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito. lonjakan kasus positif yang kembali mencatatkan rekor tertingginya selama pandemi melanda Indonesia menunjukan telah terjadinya gelombang kedua Covid-19. Pada minggu lalu, kata dia, Indonesia mencatatkan angka kasus positif harian yang sangat tinggi, bahkan mencapai 21.345 kasus.
Foto: Satgas Covid-19.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito. lonjakan kasus positif yang kembali mencatatkan rekor tertingginya selama pandemi melanda Indonesia menunjukan telah terjadinya gelombang kedua Covid-19. Pada minggu lalu, kata dia, Indonesia mencatatkan angka kasus positif harian yang sangat tinggi, bahkan mencapai 21.345 kasus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, lonjakan kasus positif yang kembali mencatatkan rekor tertingginya selama pandemi melanda Indonesia menunjukan telah terjadinya gelombang kedua Covid-19. Pada minggu lalu, kata dia, Indonesia mencatatkan angka kasus positif harian yang sangat tinggi, bahkan mencapai 21.345 kasus.

“Hal ini menandakan second wave atau gelombang kedua kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia,” jelas Wiku, Selasa (29/6).

Dari data Satgas, kasus Covid-19 mingguan ini tercatat lebih tinggi dari puncak kasus yang terjadi pada Januari 2021. Pada puncak pertama di Januari 2021, jumlah kasus mingguan mencapai 89.902 kasus. Sedangkan pada minggu ini jumlah kasus mingguan mencapai 125.396 kasus.

Menurut Wiku, pada puncak kasus pertama, kenaikan dari titik kasus terendah sebesar 283 persen dan memuncak dalam waktu 13 minggu. Sedangkan pada puncak kasus kedua, kenaikan dari titik kasus terendah mencapai 381 persen atau hampir 5 kali lipat dan mencapai puncak dalam waktu enam minggu.

“Padahal Indonesia sempat mengalami penurunan kasus sejak puncak pertama yaitu selama 15 minggu dengan total penurunan hingga 244 persen,” ucapnya.

Wiku menyebut, kenaikan kasus positif yang mulai terjadi satu minggu pasca libur lebaran menunjukkan dampak yang ditimbulkan terjadi sangat cepat. Pada awalnya, lanjutnya, kenaikan yang terjadi terlihat normal dan tidak terlalu signifikan.

Namun, setelah memasuki minggu keempat pasca periode libur lebaran, kenaikan meningkat tajam dan berlangsung selama tiga minggu hingga mencapai puncak keduanya di minggu terakhir. Wiku mengatakan, masih adanya masyarakat yang mudik saat peniadaan diberlakukan serta arus balik 1-2 minggu pasca Idulfitri berdampak pada kenaikan kasus yang sangat tinggi.

Selain itu, lonjakan kasus ini juga disebabkan karena munculnya sejumlah varian Covid-19 baru yang telah masuk ke Indonesia serta diperparah dengan mobilitas yang tinggi.

“Kondisi-kondisi ini menyebabkan dampak periode libur terlihat hingga minggu ke-6 dan kemungkinan masih akan terlihat hingga minggu ke-8,” tambahnya.

Untuk mengendalikan lonjakan kasus positif ini, lanjutnya, bergantung pada kesiapan tiap-tiap daerah dalam menyusun dan menjalankan strategi penanganan di wilayahnya. Sehingga lonjakan kasus yang terjadi dapat segera dikendalikan sehingga mengurangi beban pada fasilitas, sistem, dan tenaga kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement