REPUBLIKA.CO.ID, Lonjakan Covid-19 terjadi di sejumlah daerah, mengantarkan Indonesia kembali pada masa-masa lonjakan awal 2021 lalu. Ranjang-ranjang di berbagai rumah sakit penuh terisi, kematian terus meningkat. Republika meliput situasi kebingungan dan keresahan itu di akar rumput.
Iqbal (35 tahun), seorang warga Cipanas, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, belum lagi lepas berduka. Saat dihubungi Republika, ia baru saja kehilangan kerabatnya yang berpulang pada Rabu (23/6).
Alkisah, sang kerabat yang ia minta tak disebutkan namanya itu dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 pada Ahad (20/6). "Sudah dilaporkan ke Puskesmas, tapi karena tak ada gejala, diisolasi di rumah," kata dia.
Sang kerabat yang lanjut usia tersebut menjalani isolasi dengan didampingi salah satu anaknya. Menurut Iqbal, pada Senin (21/6), pasien mulai mengalami gejala sesak napas.
"Keluarga ingin pasien dirawat di rumah sakit agar ada penanganan. Namun, kata orang Puskesmas, pasien masuk waiting list karena rumah sakit pada penuh," kata dia.
Iqbal mengatakan, petugas dari Puskesmas menyarankan memberikan oksigen kepada pasien. Alhasil, pihak keluarga mencari oksigen secara mandiri di berbagai lokasi di Garut.
Sejak Senin itu, butuh waktu lama hingga membuahkan hasil. Baru pada Selasa (22/6) malam tabung kecil oksigen didapat. “Setelah nyari-nyari, baru dapat malam-malam. Beli susah karena rebutan juga kayaknya,” tutur Iqbal.
Selepas Isya, sang pasien baru sempat diberi bantuan oksigen. Namun, waktu pasien tersebut di dunia sudah berakhir. "Keluarga juga berusaha cari ruangan ke beberapa rumah sakit. Namun jawaban dari rumah sakit semua penuh," kata dia. “Akhirnya pasien nggak bisa dibawa ke rumah sakit. Tadi pagi meninggal dunia," kata Iqbal.
Kepala Puskesmas Cipanas, Khusnul Khotimah mengaku sempat memberikan saran agar pasien diberi oksigen. "Tapi karena pasien banyak di Puskesmas, kami tak sediakan untuk pasien di rumah. Karena terbatas juga," kata dia kepada Republika, kemarin. “Memang waktu itu pasien kita lagi banyak,” ia melanjutkan.
Menurut dia, lazimnya pihak keluarga membeli sendiri kemudian dipandu Puskesmas untuk pemasangannya. Prosedur tersebut juga dilakukan terhadap kerabat Iqbal yang berpulang itu.