Rabu 23 Jun 2021 09:42 WIB

Satgas Tiadakan Dapur Umum di Klaster Kelapa Dua Wetan

Dikhawatirkan kerumunan yang terjadi saat memasak malah terjadi penularan Covid-19.

Petugas medis mendata warga yang akan dibawa ke Wisma Atlet di Jalan As-Syafiiyah, Cipayung, Jakarta, Jumat (21/5/2021). Klaster halal bihalal di Cipayung bertambah sebanyak 32 orang, dari 51 orang menjadi 83 orang terpapar COVID-19 perhari ini dan sebanyak 17 orang bergejala ringan dibawa ke Wisma Atlet, tiga orang bergejala sedang dibawa ke RSUD Ciracas dan 12 orang OTG isolasi mandiri.
Foto: Antara/Asprilla Dwi Adha
Petugas medis mendata warga yang akan dibawa ke Wisma Atlet di Jalan As-Syafiiyah, Cipayung, Jakarta, Jumat (21/5/2021). Klaster halal bihalal di Cipayung bertambah sebanyak 32 orang, dari 51 orang menjadi 83 orang terpapar COVID-19 perhari ini dan sebanyak 17 orang bergejala ringan dibawa ke Wisma Atlet, tiga orang bergejala sedang dibawa ke RSUD Ciracas dan 12 orang OTG isolasi mandiri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 RW 01 Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, meniadakan dapur umum di dua RT yang menjadi lokasi penguncian wilayah (lockdown) skala mikro.

Ketua RW 01 Kelapa Dua Wetan Bambang Subiantara menjelaskan peniadaan dapur umum tersebut untuk mencegah terjadinya kerumunan. "Dikhawatirkan nanti terjadi kerumunan warga saat memasak. Kita juga sempat konsultasi dengan Satgas Covid-19 tingkat kelurahan, katanya enggak apa," kata Bambang Subiantara.

Bambang Subiantara menambahkan pihaknya tetap menjamin kebutuhan logistik warga di RT 03/01 dan RT 05/01 selama pemberlakuan "lockdown" mikro. Dia mengatakan kebutuhan warga kedua RT tersebut akan dipenuhi melalui bantuan dari Suku Dinas Sosial Jakarta Timur.

"Diantar dari Sudin Sosial Jakarta Timur ke kantor Kelurahan, baru dari kantor Kelurahan diantar ke sini lalu dibagikan ke rumah-rumah warga. Kebutuhan makan tiga kali sehari," ujar Bambang.

Bambang mengatakan tidak semua warganya yang terkonfirmasi Covid-19 bisa menjalani isolasi mandiri di rumah, mayoritas justru dievakuasi ke rumah sakit rujukan dan tempat isolasi khusus.

"Kalau kondisi rumahnya memungkinkan kita perbolehkan isolasi mandiri di rumah. Jadi dilihat dulu kondisi rumahnya oleh pihak puskesmas, apa memungkinkan untuk isolasi mandiri atau tidak," jelas Bambang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement