Jumat 08 Jan 2021 11:27 WIB

Menyambut Generasi Emas Indonesia Lewat Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter agar lahir generasi penerus bangsa memiliki akhlak baik.

Mengajarkan pendidikan karakter.
Foto:

Oleh : Fitria Handayani, S.Pd, Guru Sekolah Dasar

Selain karena masalah pandemi, sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan pendidikan Indonesia tertinggal. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ristek (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim mengungkapkan penyebab pendidikan Indonesia tertinggal dari negara lain karena sektor pendidikan kita tidak boleh mengambil risiko. Padahal, Indonesia, menurut Mas Menteri, memiliki banyak potensi keberagaman. Sayangnya, anak-anak yang awalnya dituntut berinovasi dan berkreasi, dan ada kebijakan yang mendukung hal tersebut, justru dianggap berisiko sehingga inovasi yang sudah terbangun menjadi terhambat bahkan stagnan.

Guru, menurut Mas Menteri, memiliki peran yang sangat besar sebagai agen-agen perubahan. Guru punya peran penting mendorong anak-anak berinovasi dan berkembang. Karena itu, kalau para guru tidak diberikan kesempatan untuk menentukan cara belajar, tidak akan ada diferensiasi, apalagi sesuai kearifan lokal.

Harapan Mas Menteri dan juga harapan para anak bangsa adalah Indonesia berani mengambil risiko dalam dunia pendidikan agar kita tidak mengalami ketertinggalan dengan negara-negara lain di dunia. Bahkan, berdasarkan penelitian seorang profesor di Harvard University, Indonesia disebut perlu 128 tahun mengejar ketertinggalan dalam dunia pendidikan dari negara-negara lain.

Harus diakui, suka tidak suka, memang perlu adanya perubahan. Guru dikatakan sebagai pemegang peran yang sangat penting dan strategis dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan. Berapa pun besarnya investasi yang ditanam untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pendidikan, tanpa kehadiran guru yang kompeten, profesional, bermartabat, dan sejahtera dapat dipastikan tidak akan tercapai tujuannya (UU No 14 Tahun 2005).

Dalam PP No 19 Tahun 2005 disebut tugas dan tanggung jawab guru sangat berat sehingga guru wajib memiliki standardisasi kualitas. Sanders, W. L., & Rivers, J. C. (1996) menyatakan faktor terpenting yang memengaruhi prestasi peserta didik adalah guru, dan faktor yang dapat meningkatkan prestasi peserta didik adalah guru yang berpengetahuan dan terampil sehingga menelurkan siswa yang berprestasi baik.

Faktor lesunya minat baca rakyat Indonesia juga menjadi faktor pendidikan di Indonesia tertinggal. Bayangkan saja, dalam dunia literasi Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara, seperti dalam survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.

Dalam catatan UNESCO bahkan lebih buruk lagi. UNESCO menyebut Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia di mana minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!

Fakta tersebut adalah pekerjaan rumah bagi para tenaga pendidik yang tidak rampung hingga sekarang. Para guru perlu tidak bosan mengajak anak muridnya rajin membaca. Transfer pengetahuan lewat pembelajaran membaca juga menjadi bagian dari tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan karakter. Dengan begitu, target pada 2045 mendatang, bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan negara Republik Indonesia, target memiliki generasi emas yang mampu membawa kebangkitan dan kemajuan negara bisa tercapai. Cita-cita para pendiri bangsa agar kita sejajar dengan bangsa-bangsa lain pun terwujud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement