Sabtu 19 Jun 2021 17:19 WIB

Pemberian Susu Kental Manis Bisa Langgar Hak Anak

Susu kental manis harus dijaga agar tidak diberikan ke bayi.

Warga memilih produk susu kental manis di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (7/7).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga memilih produk susu kental manis di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mengingatkan anak perlu diberikan makanan yang mengandung faedah gizi seimbang. Pemberian makanan tidak bergizi kepada anak, seperti susu kental manis, berpotensi melanggar hak anak.

"Kita harus jaga betul agar susu kental manis tidak diberikan kepada bayi. Pemenuhan hak anak terlanggar bila susu kental manis terus diberikan sebagai minuman pengganti susu untuk anak," kata Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Pendidikan, Kemen PPPA, Entos Zainal, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (19/6).

Baca Juga

Ia mengatakan bahwa memenuhi hak anak atas makanan bergizi menjadi upaya bersama agar tidak menjadi korban stunting. Demi mempercepat target penurunan prevalensi stunting, ia menyampaikan, Kementerian PPPA mengajak seluruh elemen masyarakat ikut berperan mengampanyekan ASI eksklusif sebagai bekal anak tumbuh dengan status gizi yang baik.

"Isu kesehatan yang paling berpengaruh pada anak dan remaja adalah stunting, malnutrisi, anemia, penyakit tidak menular, kesehatan reproduksi, HIV/ AIDS, kekerasan, rokok dan narkoba," ujar Entos dalam diskusi Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) bertema Lingkaran Setan Gizi Buruk di Indonesia.

Ketua Bidang Advokasi KOPMAS, R Marni, menyampaikan permasalahan gizi anak dan remaja bersumber pada keluarga. "Bagaimana kebiasaan makan anak, bagaimana gaya hidup anak saat remaja hingga dewasa, apakah anak-anak tumbuh dengan gizi yang cukup atau malah berisiko anemia, ini tergantung dari bagaimana perlakuan keluarga terhadap anak," katanya.

Saat mengadvokasi gizi untuk masyarakat di Ciboleger dan Ciemes, Marni mengungkapkan, bahkan masyarakat yang selama ini dikenal hidup dengan kearifan lokal mengonsumsi makanan yang bersumber dari alam pun berisiko gizi buruk. "Jika dulu masyarakat Baduy ini identik dengan hidup tanpa teknologi, sekarang mereka sudah akrab dengan gadget dan televisi. Dampaknya adalah, anak-anak Baduy yang biasanya makan singkong, sayur, dan ikan-ikanan, kini terbiasa makan sosis, baso, nugget dan pagi sarapan dengan sereal atau susu kental manis.

Bahayanya adalah, orang tua tidak paham bahwa apa yang dimakan anak-anak mereka tidak sesehat menu dari ladang yang dahulu biasa mereka konsumsi," katanya.

Menanggapi hal itu, Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (HIMPSI), Wiwin Hendriani, mengatakan, persoalan kental manis masih menyisakan pekerjaan yang panjang bagi pemerintah. "Iklan susu kental manis sebagai sumber gizi tunggal memang sudah dihapus, tapi bukan berarti dengan iklannya disetop kebiasaan masyarakat langsung berbalik, tidak mungkin seperti itu. Maka, yang harus dilakukan adalah mengoreksi dengan informasi yang benar. Iklan yang salah harus diperbaiki dengan iklan yang menampilkan informasi yang benar," ujarnya menegaskan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement