REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah daerah di Jawa Tengah terus mempengaruhi kapasitas hunian rumah singgah yang disiapkan sebagai tempat isolasi terpusat bagi para penyintas. Di berbagai daerah, Bed Occupancy Rate (BOR) rumah singgah yang disiapkan bagi penyintas Covid-19 yang harus melakukan isolasi pun sampai melebihi kapasitas, karena jumlahnya yang terbatas.
Kondisi ini membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah harus mengoptimalkan kembali sejumlah aset bangunannya untuk rumah singgah yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat isolasi penyintas Covid-19 oleh daerah membutuhkan. “Sekarang, asrama di kompleks Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi Jawa Tengah, di Srondol, Kecamatan Banyumanik, Kota semarang sudah dioptimalkan lagi untuk tempat isolasi terpusat,” kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, kamis (17/6).
Akhir- akhir ini, jelasnya, kasus Covid-19 di berbagai daerah di Jawa Tengah memang sedang mengalami tren peningkatan dan bahkan --di beberapa daerah—kenaikan kasusnya juga cukup tajam. Maka Pemprov Jawa Tengah memandang perlu dibukanya kembali akses pemanfaatan aset bangunan yang dimilikinya, agar bisa dimanfaatkan sebagai tempat isolasi terpusat bagi penyintas Covid-19.
“Ini tempatnya bagus, karena berada dalam satu area. Jadi kita bisa optimalkan semuanya untuk tempat isolasi terpusat,” ungkap gubernur saat meninjau kompleks BPSDMD Provinsi Jawa Tengah.
Bahkan, lanjutnya, kalaa perlu juga dicari satu tempat lagi khusus untuk para dokter dan perawat yang menangani, di lokasi yang paling dekat dengan kompleks gedung BPSDMD Provinsi Jawa Tengah tersebut. "Sehingga, kalau nantinya terjadi outbreak, kemudian situasi berat karena tren peningkatan sangat eksponensial, maka nanti semua bisa dimasukan ke kompleks asrama BPSDMD ini untuk menjalani isolasi,” tegas gubernur.
Ia juga mengungkapkan, di kompleks asrama BPSDMD Provinsi Jawa Tengah Srondol saat ini ada empat klaster atau asrama yang digunakan sebagai tempat isolasi terpusat. Yakni meliputi klaster Sumbing yang terdiri atas tiga gedung dengan kapasitas mencapai 170 tempat tidur dan saat ini sudah terisi penuh. Berikunya ada klaster Muria dengan kapasitas sekitar 62 tempat tidur yang saat ini masih menyisakan enam tempat tidur.
Kemudian juga ada klaster Sindoro dengan kapasitas mencapai 220 tempat tidur serta klaster Merapi dengan kapasitas sekitar 50 tempat tidur.
Khusus untuk klaster Sindoro, akan disiapkan untuk isolasi terpusat para penyintas Covid-19 dari Kabupaten Semarang. Karena rumah singgah yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang sudah overload.
“Bupati Semarang sudah kontak dan saya izinkan agar bisa membantu kawan- kawan penyintas di sana (Kabupaten Semarang). Kebetulan akses kompleks BPSDMD ini dari Kabupaten Semarang juga relatif dekat,” lanjutnya.
Di luar klaster Sindoro, masih ungkap gubernur, juga masih ada klaster Merapi. Sehingga jika nanti dalam situasi yang memang dibutuhkan, tempatnya juga sudah siap dan bisa langsung dimanfaatkan.
Secara umum, kompleks BPSDMD Provinsi Jawa Tengah sudah siap untuk menampung pasien Covid-19 yang menjalani isolasi terpusat. Sebab, fasilitas tersebut sebelumnya juga sudah pernah digunakan, pada saat awal- awal pandemu tahun lalu.
Namun gubernur meminta kepada pengelola agar petugasnya juga menambahkan informasi keterisian tempat tidur secara berkala, yang bisa diketahui serta dapat serta diakses oleh semua orang secara online.
Ini bagian dari kontijensi plan terkait dengan kemudahan informasi tempat isolasi terpusat bagi penyintas Covid-19 trsebut. “Selain itu, di di depan setiap kamar juga dipasang informasi keterisian agar yang mau masuk sini bisa mendapatkan informasi dengan jelas,” jelas Ganjar