REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pendidikan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat menyebutkan sebanyak 815 guru atau 18,48 persen dari total 4.411 guru tingkat SD dan SMP di daerah itubelum divaksin COVID-19. Pasalnya, ada berbagai alasan termasuk penyakit komorbid.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram, H Lalu Fatwir Uzali, di Mataram, Rabu (16/6) mengatakan, sebanyak 815 guru yang tidak bisa divaksin itu terdiri atas 408 atau 9,25 persen guru memiliki penyakit komorbid.
"Sebanyak 408 guru yang dinyatakan komorbid tersebut sudah menyertakan surat keterangandari petugas kesehatan di fasilitas kesehatan (faskes) masing-masing, sehingga diberikan pengecualian," katanya.
Sementara sisanya, lanjutnya, berdasarkan data dari kepala sekolah tingkat SD dan SMP se-Kota Mataram, guru yang belum divaksin itu karena ada guru yang sedang hamil dan menyusui sebanyak 152 orang atau 3,45 persen. Kemudian, 76 orang atau 1,72 persen belum divaksin tanpa keterangan.
"Sebanyak 76 guru atau 1,72 persen inilah yang saat ini sedang kami telusuri melalui kepala sekolah, untuk mengetahui kendala dan alasan kenapa mereka belum melakukan vaksinasi," katanya.
Menurutnya, dengan melihat data tersebut cakupan vaksinasi guru di Kota Mataram tercatat 81,52 persen atau 3.596 orang. "Guru yang kami data ini khusus guru yang berada di bawah kewenangan Dinas Pendidikan Kota Mataram," katanya.
Sementara data yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTB terhadap cakupan vaksinasi guru sebesar 74 persen dari target 8.430 guru merupakan guru tingkat SMA/SMK yang berada di bawah kewenangan pemerintah provinsi. "Jadi kita di Mataram hanya menangani guru SD dan SMP. Target sasaran kita 4.411 guru bukan 8.430 guru," katanya lagi.