Rabu 16 Jun 2021 20:51 WIB

Hasil Penelitian Muhammadiyah, Perokok Muda Meningkat

Perlu sikap tegas Pemerintah Indonesia pada industri rokok.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Gita Amanda
Pembatasan merokok bagi anak-anak (ilustrasi).
Foto: Antara
Pembatasan merokok bagi anak-anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil kajian Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) menunjukkan, fakta makin parahnya capaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi perokok usia 10-18 mencapai 9,1 persen, dan angka itu naik dari 7,2 persen pada tahun 2013.

Ketua MTCC UMMagelang Retno Rusdjijati mengatakan, hasil penelitian juga menunjukkan sebanyak 32,1 persen siswa Indonesia di rentang usia 10-18 tahun pernah mengonsumsi rokok (PKGR, 2019). Saat ini lebih dari 32 persen dari total populasi Indonesia adalah perokok aktif.

Jadi kalau saat ini kisaran penduduk Indonesia adalah 260 jutaan, maka jumlah perokok aktifnya tidak kurang dari 78 juta. Jika dielaborasi lebih dalam, maka, misalnya dua dari tiga laki-laki dewasa di Indonesia adalah perokok aktif.

"Dari sisi jumlah perokok anak dan remaja, lebih miris lagi, sebab tingkat prevalensi merokok di kalangan remaja dan anak mencapai lebih dari 8 persen," kata Retno Rusdjijati, melalu keterangan tertulisnya kepada Republika, Rabu (16/6).

Berangkat dari fenomena ini, untuk memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2021 ini, MTCC Unimma menyelenggarakan Talkshow Berani Berhenti Merokok. Kegiatan ini tujuannya menggugah kesadaran tentang efek bahaya konsumsi rokok dan paparan asap rokok.

"Serta mencegah penggunaan rokok dalam bentuk apapun (cq e-cigarret, vape) khususnya untuk anak-anak," katanya.

Lebih jauh lagi, MTCC UNIMMA menyatakan bahwa perlu sikap tegas Pemerintah Indonesia pada industri rokok. Tujuan global HTTS tahun 2021 ini adalah Commit to Quit, meraih komitmen 100 juta perokok berhenti merokok untuk menjawab tantangan pandemic Covid 19.

MTCC UNIMMA sebagai bagian gerakan tobacco center menyatakan dukungan penuh untuk mewujudkan tujuan nasional HTTS tahun ini, yaitu meraih komitmen 5 juta perokok untuk berhenti merokok dan mengajak seluruh komponen masyarakat mendukung komitmen berhenti merokok.

Ditambah lagi, tantangan besar pandemi Covid-19 adalah upaya peningkatan derajat masyarakat dan dampaknya pada sistem kesehatan. Covid-19 yang ditetapkan pemerintah sebagai bencana non alam pada Maret 2020, jelas memberikan dampak besar bagi perekonomian masyarakat.

"Perokok lebih rentan terinfeksi dan bahkan meninggal akibat Covid-19," katanya.

Menurutnya tembakau sebagai bahan dasar rokok juga merupakan faktor resiko utama penyakit tidak menular (penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan dan diabetes). Orang yang hidup dengan kondisi ini lebih rentan terhadap Covid 19 yang parah.

Oleh karena itu, perlu kewaspadaan ekstra bagi perokok agar berhenti merokok, dan perlu tindakan pencegahan bagi perokok pemula. Commit to quit akan membantu menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif untuk berhenti merokok dengan mengadvokasi kebijakan pengendalian tembakau yang kuat.

"Juga peningkatan kesadaran akan taktik industri tembakau, meningkatkan akses ke layanan berhenti merokok, dan memberdayakan perokok agar berhasil dalam upaya berhenti merokok," katanya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement