REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) membantah adanya sejumlah pabrik yang hengkang dari Banten dengan alasan kondusivitas ketenagakerjaan serta terkait dengan upah. "Kalau sekarang ini tidak ada. Memang kemarin-kemarin ada yang pindah ke daerah lain, tapi kan sudah datang lagi perusahaan lain yang baru-baru," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Banten Al Hamidi di Serang, Selasa (15/6).
Ia mengatakan, sejak awal pandemi hingga sekarang ini sudah banyak perusahaan yang pindah dan gulung tikar karena pandemi. Namun, banyak juga investasi yang masuk dan membuka pabrik baru di Banten.
"Perbandingannya perusahaan yang pindah dan tutup itu kurang lebih sekitar 70-an perusahaan. Tapi, datang yang baru mungkin sudah lebih dari 100 pabrik. Ini artinya kondisi ketenagakerjaan di Banten tetap kondusif," kata Alhamidi.
Ia mengatakan meskipun banyak karyawan yang dirumahkan dan di PHK karena perusahaan tutup serta berpindah ke daerah lain. Namun, banyak juga karyawan yang direkrut oleh perusahaan-perusahaan yang baru buka di Banten.
"Hitungan kami sejak awal tahun 2021 ini sudah lebih dari 20 ribu karyawan yang direkrut. Belum lagi yang tidak diketahui oleh Disnaker," kata dia.
Dengan demikian, kata Alhamidi, kondisi investasi dan ketenagakerjaan masih kondusif di Banten sehingga mendorong para investor untuk menanamkan modalnya di Banten. "Ini artinya iklim ketenagakerjaan di Banten kondusif. Sehingga membuat kepercayaan para investor. Buktinya Banten berada di peringkat empat secara nasional untuk PMDN," kata Alhamidi.
Ia mengatakan sebelumnya memang ada sejumlah pabrik yang pindah dan mengembangkan investasinya ke daerah lain termasuk Jawa Tengah. Perusahaan-perusahaan tersebut terutama untuk perusahaan alas kaki dan garment.
"Kami juga belum mengerti kenapa di sisi lain investasi dan perekrutan karyawan baru juga banyak, tapi persentase pengangguran di Banten masih tetap tinggi," kata Alhamidi.
Sebelumnya Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie mengatakan, gelombang relokasi pabrik dari wilayah Banten dan Jabodetabek ke wilayah lain seperti Jawa Tengah kembali mengemuka. Alasan utamanya, selain soal upah, ternyata ada alasan mulai meratanya pembangunan infrastruktur di Pulau Jawa seperti tol Trans Jawa yang sudah terkoneksi.