Senin 14 Jun 2021 15:53 WIB

Eriksen dan Ancaman Serangan Jantung Bagi Pesepak Bola

Tak banyak pesepak bola yang dapat kembali berlaga usai mengalami serangan jantung.

Paramedis menggunakan tandu untuk mengeluarkan Christian Eriksen dari lapangan setelah ia pingsan karena serangan jantung saat pertandingan Grup B kejuaraan sepak bola Euro 2020 antara Denmark dan Finlandia di Stadion Parken di Kopenhagen, Denmark, Sabtu (12/6).
Foto:

Oleh : Endro Yuwanto/Jurnalis Republika

***

Insiden-insiden serangan jantung tersebut membuktikan bahwa pesepak bola, atlet, maupun pegiat olahraga tak bisa lepas dari bahaya serangan jantung. Seorang pesepak bola yang akrab dengan kewajiban menjaga pola makan sehat ternyata juga tak bisa lepas dari penyakit mematikan, seperti serangan jantung.

Berdasarkan laporan Owen Anderson dalam artikelnya berjudul "Heart Attack Risks Are Greater for Athletes Who compete In Endurance Sports" yang diterbitkan Sports Performance Bulletin pada 1999, serangan jantung menghantui hampir seluruh atlet olahraga.

Dalam tulisannya, Owen menyebutkan satu dari 50 ribu atlet olahraga yang bersifat ketahanan, seperti balap sepeda, maraton, triatlon, dan lain-lain berisiko tinggi mengalami serangan jantung. Dan, tentunya hal ini berlaku dalam sepak bola. Dalam sepak bola, rata-rata pemain menempuh 9 hingga 12 kilometer jarak per laga. Ditambah adanya sprint yang menjadi hal utama dalam olahraga yang penuh mobilitas ini.

Ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya serangan jantung atau jantung tiba-tiba berhenti. Pertama, Hypertrophic cardiac arrest alias Kardiomiopati hipertrofik (HCM), yakni kondisi bawaan jantung saat dinding otot jantung menebal dan memengaruhi sistem kerja jantung serta menyebabkan detak jantung menjadi cepat. Kedua, Coronary artery abnormalities, yakni tak adanya aliran darah yang mengalir ke jantung secara normal. Dan, yang ketiga, karena keturunan atau penyakit bawaan lahir.

Dari ketiga faktor tersebut, menurut British Heart Foundation, Hypertrophic cardiac arrest menjadi penyebab utama para pesepak bola mengalami serangan jantung. Hypertrophic cardiac arrest memiliki gejala, seperti kelelahan, sesak napas, dan dehidrasi. Hal yang umum dialami pesepak bola dengan intensitas latihan tinggi.

Tentu, faktor-faktor ini menjadi sebuah sinyal keras agar setiap tim menjaga pemainnya dan melakukan pemeriksaan rutin agar tak terjadi kasus serangan jantung. Apalagi, dengan hadirnya fakta dari seorang ahli jantung sekaligus profesor kardiologi olahraga di Universitas St George London, Inggris, Prof Sanjay Sharma, yang menyebutkan bahwa dua hingga tujuh pemain dari 100 ribu pesepak bola berisiko tinggi terkena serangan jantung.

Sanjay dan sejumlah ahli lain menyarankan agar pesepak bola yang pernah terkena serangan jantung, termasuk Eriksen, untuk mengakhiri karier profesionalnya agar tak berisiko terhadap keselamatan si pemain.

Tak banyak pesepak bola atau olahragawan yang dapat kembali berlaga usai mengalami serangan jantung. Orang yang selamat dari serangan jantung biasanya tidak diizinkan lagi untuk melakukan aktivitas berat. Ini karena dianggap bisa membahayakan nyawa sang pesepak bola.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement