REPUBLIKA.CO.ID, Tepat pada 8 Juni lalu, mendiang Presiden Suharto berusia 100 tahun. Meskipun sosoknya penuh pro dan kontra, tak ada salahnya masyarakat menengok sekilas pemikirannya dalam berpolitik. Tak terkecuali mengaitkannya dengan Partai Golongan Karya (Golkar).
Sejarawan asal Australia David Reeve menjelaskan, Suharto berkuasa di Indonesia kira-kira 32 tahun. Sejak 1968, dia memiliki Golkar untuk menjadi alatnya dalam Pemilu. Hubungannya dengan Golkar membuat dia dianggap sebagai pencipta, pendiri, dan pembina Golkar.
Suharto memang pembina Golkar, tapi dia bukan pencipta atau pendiri. "Kalau kita membuka website Golkar dikatakan lahir Oktober 1964, tapi saya kira website ini tidak benar. Maka saya menulis sejarah yang hilang, sejarahnya jauh lebih panjang," ucap Penulis Buku Golkar, Sejarah yang Hilang: Akar Pemikiran dan Dinamika ini.
Ide Golkar tidak diciptakan oleh Suharto tapi Sukarno. Bahkan, juga dikembangkan oleh Panglima Angkatan Bersenjata RI (ABRI), AH Nasution dan pemikir-pemikir politik jauh sebelumnya. Suharto hanya pewaris dari konsep organisasi yang didirikan sebelumnya.
David menganggap, Suharto sebagai pemilik Golkar dalam tahap ketiga. "Karena ada empat tahap, nomor satu tahap Sukarno. Dua Nasution, tiga Suharto dan Ali Murtopo. Dan tahap empat adalah Golkarnya Akbar Tandjung sampai sekarang," ucap David dalam diskusi yang diselenggarakan Komunitas Karavan Cendekia, beberapa waktu lalu.