Kamis 10 Jun 2021 17:45 WIB

Lonjakan Kasus Kudus Tolok Ukur Kemunculan Varian Baru Covid

Karakteristik kasus Covid Kudus menyerupai varian asal India dan Inggris.

Petugas menyemprotkan disinfektan ke pengemudi kendaraan pengangkut pasien orang tanpa gejala (OTG) COVID-19 saat masuk di Asrama Haji Donohudan, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (7/6/2021). Pemindahan pasien orang tanpa gejala (OTG) COVID-19 dari Kudus terus dilakukan secara bertahap agar dapat penanganan lebih cepat dan mudah terpantau.
Foto:

Upaya menekan laju penyebaran kasus juga terus dilakukan di Bangkalan, Jawa Timur. Salah satunya dengan menyekat Jembatan Suramadu. Selain Kudus, pemerintah juga fokus menekan kasus Covid-19 di Bangkalan.

Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Jawa Timur menilai penyekatan di Jembatan Suramadu sisi Kota Surabaya sejak Ahad (6/6), efektif menekan laju penyebaran Covid-19.

Pembina Persakmi Jawa Timur, Estiningtyas Nugraheni, mengatakan keputusan yang dilakukan Satgas Covid-19 Surabaya dengan menerapkan penyekatan di Jembatan Suramadu sangat tepat.

"Itu cukup efektif menapis (skrining) orang yang masuk ke Surabaya," kata Estiningtyas. Apalagi, terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Bangkalan dapat berpengaruh terhadap kondisi di Kota Surabaya.

Pengaruh itu bisa dilihat dari keterisian Bed Occupancy Rate (BOR) di beberapa rumah sakit atau ruang isolasi di Surabaya. "Jumlah positif naik dari data yang terpublikasi sudah ketahuan. Penghuninya Asrama Haji, Rumah Sakit Lapangan itu kan naik," kata Esti.

Berdasarkan pengamatannya, dua pekan pasca-Lebaran, kasus Covid-19 di Surabaya ada kenaikan. Tapi, persentase kenaikan ini dinilainya masih di bawah 30 persen.

 Namun, pascaterjadi peningkatan kasus di Bangkalan, kenaikan di Surabaya cukup signifikan. "Saat minggu ketiga (pasca-Lebaran) adanya kasus di tetangga (Bangkalan), naiknya (Surabaya) sampai di atas 50. Berarti kan secara kasat mata saja sudah signifikan," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, faktor lain yang mempengaruhi adanya penambahan kasus ini, karena tingginya mobilitas masyarakat di Kota Pahlawan, seperti warga luar daerah yang setiap harinya bekerja di Surabaya. "Penyakit ini berkaitan dengan pertemuan antarorang, menularnya dari orang ke orang. Ada intersection atau irisan-irisan kegiatan manusia. Dia domisili di mana, bekerjanya di mana, atau dia pada waktu akhir pekan pergi ke mana, nanti balik lagi ke Surabaya," ujarnya.

Oleh sebab itu, ia setuju ketika Satgas Covid-19 Surabaya mulai menerapkan skrining di kaki Jembatan Suramadu maupun di Dermaga Ujung, Tanjung Perak. Sebab, tidak mungkin akses masuk ke Surabaya ditutup total untuk mencegah laju penyebaran Covid-19.

"Surabaya kalau ditutup banget (total) tidak bisa, karena banyak pegawai yang dari luar Surabaya. Karena itu, masuk Surabaya harus pakai swab," katanya.

Epidemiolog UGM, Dr Riris Andono, mengatakan, lonjakan kasus positif bisa disebabkan klaster mudik karena mobilitas warga saat Lebaran meningkat. Dengan dan tanpa mudik bila mobilitas meningkat ketika sudah ada transmisi lokal penularan juga meningkat.

Ia mengingatkan, untuk mengetahui penyebab naiknya kasus di Kudus harus ada data secara riil soal seberapa besar kunjungan masyarakat ke makam. Kemudian, dilihat kembali seberapa jauh kedisiplinan masyarakat ketika ke makam dan faktor lain.

"Kalau tidak ada data riil ya tidak bisa ditarik kesimpulan yang mana secara pasti. Yang bisa diberikan adalah penjelasan kemungkinan baik mobilitas, maupun kepatuhan kepada protokol atau keduanya berkontribusi kepada peningkatan kasus," kata Doni, Kamis (10/6).

Doni menjelaskan, untuk membedakan kemungkinan-kemungkinan tersebut juga tidak terlalu relevan. Sebab, strategi pengendalian penularan itu memerlukan kombinasi antara melakukan restriksi dan meningkatkan kepatuhan masyarakat kepada prokes.

"Saya tidak bisa membuat kesimpulan pasti, tapi yang terlihat di masyarakat banyak ketidakpercayaan adanya covid. Bisa disebabkan ketidaktahuan tentang covid, disinformasi terkait covid maupun mungkin kejenuhan terhadap situasi tidak menentu secara berkepanjangan," ujar Doni.

Menurut Doni, salah satu langkah pemerintah dan satgas penanganan covid untuk saat ini tidak lain menekan laju mobilitas warga. Sebab, ia mengingatkan, bila transmisi di komunitas kembali meningkat tinggi, maka risiko penularan juga akan meningkat.

photo
Larangan mudik Lebaran. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement