REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu, Jurnalis Republika
Jam dinding menunjukkan pukul 06.30 WIB pada awal pekan kedua Juni 2021. Fitria Handayani pagi itu mengerjakan rutinitasnya sebagai seorang guru sekolah dasar di sebuah SD di Jakarta Selatan. Memakai seragam biru lengkap dengan name tag dan pin Korpri, ia harus terlebih dulu swafoto sebagai bukti absen. Pada era pandemi saat ini, Fitri dan para guru memang memiliki kewajiban baru, yakni absen dengan cara berfoto.
Setelah berfoto dengan ponsel, ia membuka laptop, lalu memberikan tugas kepada murid-muridnya. Selama ini, ia berusaha memberikan tugas sesuai kurikulum pendidikan, untuk menjaga kualitas pendidikan tidak menurun meski belajar via daring. Meski begitu, ia juga paham memberikan banyak tugas akan membebani murid-muridnya dan para orang tua di rumah.
Pemahaman itu didapat karena Fitri juga memiliki putra yang duduk di bangku sekolah dasar. Seusai memberikan tugas kepada murid-muridnya, juga harus mendampingi putranya yang sekolah di sebuah madrasah untuk belajar via daring. Karena itu, ia mengaku setengah mati berjuang agar murid dan putranya tetap mendapatkan pendidikan berkualitas meski belajar via daring.
"Pada masa sekarang, yang paling penting mempertahankan bagaimana anak-anak tidak bosan belajar di rumah," kata Fitri membuka percakapan dengan Republika.co.id, Ahad (6/10).
Menurut Fitri, tujuan utama pendidikan adalah melahirkan generasi bangsa yang tak hanya cerdas, tapi juga berakhlak sehingga cita-cita para pendidik tercapai.
"Saya berharap para orang tua bisa bekerja sama dengan para guru mengajarkan anak-anak," ucap dia.
Kebijakan belajar daring mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi ditetapkan pascameningkatnya kasus Covid-19. Tak hanya sekolah dan kampus, sejumlah tempat wisata, perkantoran, hingga pusat perbelanjaan juga ditutup.
Namun, pemerintah lewat Kemendikbudristek berencana menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) pada Juli 2021. Kebijakan ini pun dinilai sebagai salah satu cara agar kualitas pendidikan selama pandemi tidak menurun mengingat pelajaran jarak jauh (PJJ) dinilai tidak efektif.
Pengamat pendidikan, Prof Cecep Darmawan, dalam perbincangan dengan Republika.co.id, Selasa (8/10), mengatakan, ada beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan pemerintah sebelum melaksanakan PTM. Salah satu syarat mutlaknya, menurut Prof Cecep, adalah memastikan semua guru sudah divaksinasi Covid-19. Selain itu, pemerintah juga perlu memikirkan wilayah yang akan dilaksanakan PTM, termasuk zona hijau atau merah.
"Intinya gini, pertama, pastikan dulu kalau mau tatap muka daerah itu termasuk wilayah yang zona hijau atau bukan. Kedua, apakah guru-gurunya sudah divaksinasi atau belum. Yang ketiga, infrastruktur sekolahnya harus yang memenuhi protokol kesehatan," kata Cecep.
Sesuai laporan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim kepada Komisi X DPR RI, saat ini guru yang divaksinasi baru 1,54 juta atau 28 persen dari 5,6 juta. Sementara, Kementerian Kesehatan memiliki...