REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman mengatakan, bahwa semua peluang masih terbuka dalam pembahasan pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Termasuk adanya usulan untuk kembali menduetkan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto, seperti pada Pilpres 2009.
"Saya pikir semua opsi masih bisa terbuka, usulan dari masyarakat kita tampung, kita pikirkan," ujar Habiburokhman di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (7/6).
Pertemuan antara Prabowo dengan Megawati saat mengesahkan patung Presiden pertama Soekarno di halaman Gedung Kementerian Pertahanan adalah sinyal yang positif. Itu merupakan bentuk sinergi tokoh dalam menyelesaikan permasalahan bangsa.
"Ada dua kekuatan politik yang besar Pak Prabowo dibelakangnya Gerindra, Bu Mega di belakangnya PDIP bersatu, akrab itu positif sekali," ujar Habiburokhman.
Ia mengatakan, bahwa hubungan antara Gerindra dan PDIP terjalin dengan baik. Komunikasi juga terus terjadi antara kedua partai yang saat ini diisukan akan berkoalisi pada Pilpres 2024.
"Kalau dikaitkan 2024 saya pikir kita biarkanlah air mengalir, kita bahasa jawanya ngglinding saja. Yang jelas kita dengan PDIP tidak ada hambatan psikologis," ujar Habiburokhman.
Meski begitu, semua hal yang berkaitan dengan Pilpres 2024 masih sangat terbuka. Termasuk koalisi dengan partai-partai selain PDIP.
"Kalau kita ingat di 2019, kemudian 2014, itu kontelasinya itu begitu dinamis dan di detik-detik akhir, di menit akhir banyak hal-hal yang mengejutkan," ujar anggota Komisi III DPR itu.
Diketahui, Pro Mega Center mendorong Megawati untuk kembali maju di Pilpres 2024. Mereka menilai, Prabowo Subianto berpotensi untuk kembali berduet dengan Presiden ke-5 Republik Indonesia itu.
Duet Megawati dan Prabowo disebut sebagai kesuksesan yang tertunda pada Pilpres 2009. Pasangan yang acap kali disebut Mega-Pro itu juga dikatakan dapat membentuk koalisi yang besar.