Sabtu 05 Jun 2021 18:50 WIB

Ace Sayangkan Simulasi Capres Minus Airlangga

Ace menilai Airlangga potensial sebagai capres.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Muhammad Hafil
Ace Sayangkan Simulasi Capres Minus Airlangga. Foto: Ace Hasan Syadzily
Foto: Republika/Prayogi
Ace Sayangkan Simulasi Capres Minus Airlangga. Foto: Ace Hasan Syadzily

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Parameter Politik Indonesia melakukan survei terhadap elektabilitas sejumlah nama calon presiden (capres) yang dianggap potensial pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Ketua DPP Partai Golkar Ace, Hasan Syadzily, menyayangkan tidak adanya nama Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, dalam simulasi tersebut.

"Sayangnya, saya tidak tahu mengapa ada dalam simulasi 15 nama, nama Pak Airlangga tidak dimasukin, 10 nama tidak dimasukin, lima nama tidak dimasukin, tiga nama tidak dimasukin, bahkan di dalam pasangan calon pun tidak dimasukin, saya tidak tahu, itu kan subjektivitas dalam lembaga survei," kata Ace dalam diskusi yang digelar secara daring, Sabtu (5/6).

Baca Juga

Padahal, ia menilai penting menjadikan ketua umum partai politik yang memiliki kendaraan tiket untuk bisa maju menjadi calon presiden atau wakil presiden. Menurutnya, hal itulah yang seharusnya disimulasi.

"Tidak mungkin seseorang bisa maju menjadi presiden kalau tanpa kendaraan politik, karena itu adalah konstitusi, konstitusi yang bicara," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menjawab alasan dirinya tak memasukan nama-nama ketua umum partai selain Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) karena keduanya kerap dibicarakan sebagai figur yang akan berkontestasi dalam Pilpres 2024.

"Karena mereka selalu muncul peta politik yang relatif signifikan, baik dari segi popularitas maupun elektabilitas dan termasuk adalah figur-figur yang sering dibicarakan oleh orang yang kemungkinan besar akan bertanding pada 2024. Itu yang selalu saya masukkan dalam berbagai simulasi," ujarnya menjelaskan.

Adi mengatakan, tidak mungkin dia memasukkan tokoh figur yang kurang agak dikenal oleh publik. Menurutnya, hal tersebut justru hanya memunculkan jawaban tidak tahu dan tidak menjawab.

"Nah, inilah yang sebenarnya yang sering kita sampaikan kepada publik bahwa ini survei adalah satu potret yang merekam apa yang terjadi dalam benak orang. Jadi, yang dipilih adalah orang yang mereka kenal kan kira-kira begitu," ungkapnya.

Sebelumnya, Parameter Politik Indonesia melakukan simulasi elektabilitas terhadap 15 nama capres. Hasilnya, Prabowo masih tetap unggul dengan elektabilitas sebesar 18,3 persen, disusul Ganjar di angka 16,5 persen, dan Anies pada angka 15,1 persen.

Tidak hanya itu, simulasi terhadap 10 nama capres juga dilakukan Parameter Politik Indonesia dalam surveinya. Tidak jauh berbeda, Prabowo masih unggul dengan 19,8 persen, kemudian Ganjar dengan 16,9 persen, dan Anies pada angka 15,8.

"Tetap ada nama Prabowo, kemudian disusul oleh Ganjar, kemudian Anies," ujarnya. (Febrianto Adi Saputro)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement