REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 450 aparat TNI diturunkan pemerintah untuk mengawasi secara langsung pelaksanaan PPKM mikro di level desa dan kelurahan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Langkah ini diambil pemerintah merespons lonjakan kasus Covid-19 secara signifikan yang terjadi di Kudus dalam sepekan terakhir. Tak tanggung-tanggung, angka kasus positif naik hingga 30 kali lipat dalam sepekan terakhir.
"Satgas meminta agar pemda dan satgas di Kabupaten Kudus dapat melakukan upaya pembatasan mobilisasi secara maksimal agar penularan tidak semakin luas dengan senantiasa memantau kondisi zonasi masing-masing daerah," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers, Jumat (4/6) sore.
Pemerintah Kabupaten Kudus juga diminta untuk mengintensifkan sosialisasi perkembangan data kasus Covid-19 kepada masyarakat demi menumbuhkan kesadaran individu. Masyarakat, ujar Wiku, perlu diberi pemahaman yang optimal agar lebih hati-hati lagi dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang berisiko terjadi penularan virus.
Satgas mencatat, kasus positif Covid-19 di Kudus dalam sepekan terakhir sebanyak 929 kasus, jauh di atas angka pada pekan sebelumnya yang hanya 26 kasus positif.
Lonjakan kasus yang terjadi di Kudus pun otomatis membuat jumlah kasus aktifnya ikut melejit, menjadi 1.280 kasus atau 21,48 persen dari total kasus positif yang sempat tercatat. Persentase kasus aktif di Kudus pun jauh melampaui angka nasional yang 'hanya' 5,47 persen.
Perkembangan situasi yang mengarah ke perburukan membuat tingkat keterisian tempat tidur di Kudus naik tajam. Per 1 Juni 2021, angka BOR (bed occupancy ratio) rumah sakit di Kudus tembus 90 persen.
"Apa yang terjadi di Kudus ini dapat menjadi pembelajaran bagi daerah lainnya, mohon agar satgas daerah dapat mengantisipasi tradisi dan budaya di wilayahnya masing-masing," kata Wiku.
Wiku menambahkan, merespons ekskalasi penularan Covid-19 yang terjadi di Kudus, maka jajaran pimpinan BNPB dan TNI bergerak melakukan kunjungan ke Kudus pada Rabu (2/6) lalu. Kunjungan tersebut mendapat satu kesimpulan terkait penyebab lonjakan kasus yang terjadi.
"Keadaan ini terjadi sebagai dampak dari adanya kegiatan wisata religi berupa ziarah serta tradisi kupatan yang dilakukan oleh warga Kudus tujuh hari pasca lebaran. Hal ini memicu kerumunan dan meningkatkan penularan di tengah masyarakat," kata Wiku.
Kerumunan yang terjadi pun meningkatkan penularan infeksi virus corona di Kudus. Parahnya, penularan juga merembet ke 189 tenaga kesehatan di sejumlah rumah sakit. Sayangnya, tindakan penanganan pasien Covid-19 di rumah sakit di Kudus pun terlihat kurang sesuai dengan aturan baku.
"Rumah sakit yang belum menerapkan secara tegas dan disiplin zonasi merah kuning dan hijau, triase pasien covid dan non covid serta keluarga pasien. Contoh dari hal ini adalah masih adanya pasien covid di rumah sakit yang didampingi oleh keluarganya keluar masuk rumah sakit tanpa screening," ujar Wiku.