Sabtu 05 Jun 2021 05:56 WIB
Ajang Debat Terbuka di Gedung KPK

Giri Ungkap Pernah Ikut Tes Kebangsaan Bareng Firli

Di bawah Firli, IPK di Indonesia turun sampai tiga poin dan terburuk di era reformasi

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agus Yulianto
Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (non aktif) Giri Suprapdiono memberikan keterangan saat menghadiri debat soal polemik Tes Wawancara Kebangsaan (TWK) pegawai KPK di gedung KPK Merah Putih, Jakarta, Jumat (4/6/2021). Giri Suprapdiono menyampaikan bahwa debat tersebut dilakukan untuk membuktikan TWK yang dilakukan kepada para pegawai KPK merupakan upaya penyingkiran pegawai atau tidak.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (non aktif) Giri Suprapdiono memberikan keterangan saat menghadiri debat soal polemik Tes Wawancara Kebangsaan (TWK) pegawai KPK di gedung KPK Merah Putih, Jakarta, Jumat (4/6/2021). Giri Suprapdiono menyampaikan bahwa debat tersebut dilakukan untuk membuktikan TWK yang dilakukan kepada para pegawai KPK merupakan upaya penyingkiran pegawai atau tidak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Sosialisasi dan Kampanye (Dirsoskam) Antikorupsi KPK, Giri Suprapdiono mengungkapkan pernah mengikuti tes kebangsaan bareng bersama Ketua KPK, Firli Bahuri saat mengikuti tes kebangsaan saat sama-sama mencalonkan diri menjadi pimpinan KPK. Hal tersebut dia sampaikan dalam debat terbuka yang digelar di ruang wartawan Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, membahas polemik tes wawasan kebangsaan (TWK), Jumat (4/5).

Giri mengaku, saat itu, dia dan Firli Bahuri lulus dites kebangsaannya. Oleh karenanya, Giri meyakini Firli juga tidak akan lulus jika mengikuti TWK pegawai KPK.

"Saya juga dulu calon pimpinan (KPK), bareng Pak Firli juga. Bahkan satu kelompok dalam diskusi. Jadi, kita tahu bagaimana sikap dalam tes tersebut, dan kita sama-sama lulus tes kebangsaan, tes radikalisme," ungkap Giri yang merupakan salah satu dari 75 pegawai KPK yang tidak lulus TWK.

"Jadi kalau misalkan kita dites lagi, bisa jadi dua-duanya tidak lulus, karena kita sama-sama lulus dites yang sama," tambahnya.

Giri menuturkan ihwal prestasi KPK di bawah kepemimpinan Firli Bahuri yang turun drastis. Menurutnya, penurunan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) di Indonesia sampai tiga poin adalah yang terburuk sepanjang era reformasi.

"Kita pernah turun pada 1997 ke 1998, di jaman Pak Harto. Artinya ini produk-produk pemberantasan korupsi termasuk pencegahan dan pendidikan, menurun 3 poin, dan ini tidak terlepas dari revisi UU KPK dan mungkin beberapa hal, polemik-polemik yang terjadi di KPK," kata dia.

Giri lahir di Ponorogo pada tanggal 9 Juli 1974. Selama mengabdi di KPK, Giri pernah menjabat sebagai Koordinator Kerja Sama Internasional pada Direktorat Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK. Ia juga pernah menjadi Direktur Gratifikasi.

Sebelum bekerja di KPK,Giri pernah menjadi National Management Concultant di BAPENAS-UNDP. Dalam dunia akademik, Giri menyelesaikan pendidikan sarjana di Teknik Perencanaan Kota, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1999. Ia pun melanjutkan program master di University of Roterdam pada 2001 dengan jurusan International Institute to Social Studies-Erasmus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement