Rabu 02 Jun 2021 16:42 WIB

Menlu Retno Harap Dukungan UE untuk Kemerdekaan Palestina

Borrel menilai wacana solusi dua negara jangan sekadar seruan kosong.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi usai pertemuan bilateral dengan High Representative of the Union for Foreign Affairs and Security Policy Uni Eropa Josep Borrell Fontelles di Jakarta, Rabu (2/6).
Foto: Kemenlu RI
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi usai pertemuan bilateral dengan High Representative of the Union for Foreign Affairs and Security Policy Uni Eropa Josep Borrell Fontelles di Jakarta, Rabu (2/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik panjang antara Israel dan Palestina dibahas dalam pertemuan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dengan Perwakilan Tinggi Urusan Luar Negeri dan Keamanan Uni Eropa, Josep Borrell, di Jakarta, Rabu (2/6). Menlu Retno kembali menegaskan mengenai mendesaknya penghentian aksi kekerasan Israel terhadap Palestina.

"Soal Palestina, saya dan Bapak Borrell bertukar pikiran dan saya sampaikan posisi Indonesia adalah salah satunya menyambut gencatan senjata dan berharap semua pihak berkomitmen untuk menjaga situasi yang kondusif," ujar Menlu Retno dalam konferensi pers secara virtual dari gedung Pancasila, Kemenlu RI, Rabu.

Baca Juga

Menlu Retno menekankan, penting untuk menyelesaikan isu utama yang terjadi di sana, yakni mengakhiri penjajahan Israel atas Palestina. Hal itu, ia menambahkan, dapat dicapai melalui negosiasi yang kredibel untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina berdasarkan solusi dua negara dan parameter yang telah disepakati secara internasional.

"Indonesia mengharapkan peran dan dukungan UE dalam mewujudkan kemerdekaan Palestina," tutur Menlu Retno.

Sementara, Borrel menilai bahwa solusi dua negara jangan hanya sekadar seruan dan omongan kosong. "Soal Palestina, saya sepakat dengan Anda. Solusinya adalah two-state solution, tapi kita juga tidak bisa hanya mengulang istilah itu, seolah hanya seruan kosong," kata Borrell dalam konferensi pers bersama Menlu Retno di gedung Pancasila, Kemenlu RI.

"Kita harus bisa melakukan sesuatu dan lebih aktif dalam mendorong agar solusi itu dapat terwujud agar tidak hanya menjadi kata-kata kosong," ujarnya menambahkan.

Borrell mengatakan, gencatan senjata Israel dan Hamas pekan lalu merupakan momentum yang baik untuk mendorong solusi dua negara ini. "Kita harus mencoba mendorong proses baru dalam perdamaian di Timur Tengah," kata dia.

Amerika Serikat (AS) dan Mesir juga memandang gencatan senjata ini adalah bagian yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan rekonstruksi Gaza, hingga bisa juga menghidupkan kembali perundingan damai antara Palestina dan Israel. Pada Ahad (30/5) lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Mesir Sameh Shoukry mengadakan pertemuan dengan Menlu Israel Gabi Ashkenazi di Kairo. Mereka membahas tentang potensi penerapan gencatan senjata permanen dengan Hamas yang mengontrol Jalur Gaza.

Pada 21 Mei lalu, Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata setelah terlibat pertempuran selama 11 hari yang dimulai sejak 10 Mei. Mesir memainkan peran penting dalam proses mediasi. Selama pertempuran berlangsung, setidaknya 279 warga Palestina, termasuk di dalamnya 69 anak-anak dan 40 wanita, tewas. Lebih dari 1.900 warga Gaza lainnya mengalami luka-luka. Sementara, serangan Hamas menewaskan setidaknya 12 warga Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement