Senin 31 May 2021 15:02 WIB

Mengguncang Kembali Ekonomi Bali

Obat mujarab pemulihan ekonomi Bali adalah dukungan turis-turis domestik.

Wisatawan menikmati suasana senja di Pantai Kuta, Badung, Bali, Jumat (14/5/2021).
Foto:

Oleh : Elba Damhuri, Head of Republika.co.id

Pada periode 1 Januari-30 Mei 2020, kunjungan wisatawan asing yang datang ke Bali mencapai 1,21 juta orang. Sementara pada periode yang sama 2021, kunjungan itu turun menjadi 431 orang.

Wisatawan domestik yang datang ke Bali hanya 417 ribu orang sepanjang 2021 ini, turun 57,97 persen. Tingkat keterisian hotel hanya 11,15 persen dari sebelumnya di atas 90 persen.

Dampaknya, sektor transportasi terkontraksi 40,03 persen pada kuartal IV 2020 dan makin parah pada kuartal I 2021 yang mencapai 85,98 persen. Sektor lain yang terkena imbasnya adalah hotel, penginapan, listrik, restoran, toko-toko, dan lain-lainnya.

"Obat mujarab pemulihan ekonomi Bali adalah dukungan turis-turis domestik," kata Trisno.

Tren di beberapa negara menunjukkan pemerintah mendorong warganya untuk melakukan kegiatan wisata dalam negeri. Terutama, ke daerah-daerah yang devisanya tergantung pariwisata.

Di Bali, kontribusi ekonomi pariwisata sebesar 56 persen. Tak heran jika saat ini Bali memiliki jumlah pengangguran tinggi akibat matinya sektor wisata.

Tingkat pengangguran di Bali pada 2020 merupakan yang terendah di Indonesia, hanya 1,52 persen. Sekarang, tingkat pengangguran di Bali turun ke posisi 25 karena banyak hotel merumahkan pekerja.

Uniknya, tingkat tabungan (dana pihak ketiga/DPK) di Bali juga melambat. Artinya, banyak masyarakat di Bali yang sudah memakan tabungan mereka dan perusahaan-perusahaan sudah banyak ambil giro.

Solusi jangka pendek untuk menaikkan ekonomi Bali, misalnya, dengan mendorong wisatawan domestik berlibur ke Bali. Untuk memudahkan arus perjalanan, pemerintah bisa memberikan insentif atau kemudahan-kemudahan mengingat protokol kesehatan tetap utama.

Bisa saja seperti di beberapa negara di Eropa, para pelancong atau mereka yang bepergian yang sudah memiliki sertifikat vaksin tidak diwajibkan tes antigen sebelum penerbangan atau naik kereta. Kerja dari Bali (work from Bali/WFB) juga ide yang menarik meski mendapat pro-kontra. Saat ini, sudah beberapa individu dari dalam dan luar negeri bekerja dari Bali.

Beberapa jurnalis Jakarta pun memilih stay di Bali dan bekerja dari sana. Ada yang tinggal di Bali hanya 1-3 hari, tetapi banyak juga yang sudah berpekan-pekan bekerja dari Bali.

Desainer grafis dari Inggris pun memilih Bali sebagai tempat bekerja. Dengan sistem kerja online tanpa tatap muka, mereka tetap bisa menghasilkan karya fantastis.

"Seperti blessing in disguise, Mas. Saya sudah sebulan bekerja dari Bali, bekerja sambil liburan," kata seorang editor media online ternama Indonesia yang sudah sejak sebelum Lebaran memilih tinggal di Canggu, Bali, meski kerja di Jakarta.

Ia memilih pinggir pantai dengan sepoi angin untuk mengedit berita-berita. "Dan, tidak mahal kok tinggal di Bali," kata dia --sengaja saya tidak sebut nama dan medianya.

Seruan pemerintah agar ASN bekerja dari Bali juga bagus. Yang penting pengawasan atas kerja itu menjadi utama. Jangan sampai ada pegawai yang malah banyak liburan dan nongkrongnya dibandingkan kerjanya.

Banyak cara mengguncang ekonomi Bali. Suka tidak suka, Bali adalah simbol wisata Indonesia di dunia. Bali bagus, maka Indonesia bagus.

Teman-teman pegiat wisata di NTB pun menyokong penuh seruan agar WFB, kunjungi Bali, dan jalan-jalan ke Bali. Salah satunya seruan dari tokoh pariwisata NTB, Taufan Rahmadi. Yang penting, tetap menjaga protokol kesehatan: jaga jarak, cuci tangan, pakai masker, disinfektan rutin, cek suhu tubuh di semua tempat wisata, dan utamakan wisata alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement