Sabtu 29 May 2021 15:22 WIB

Dokter: Peningkatan Covid-19 Saat Ini Belum Puncaknya

Masih ada masa inkubasi virus menginfeksi sampai muncul gejala, yakni 14 hari.

Dokter: Peningkatan Covid-19 Saat Ini Belum Puncaknya. Petugas kesehatan melakukan tes cepat antigen kepada seorang pemudik yang baru tiba di Terminal Bus Kalideres, Jakarta, Ahad (23/5). Tes cepat antigen secara random/acak kepada pemudik arus balik tersebut dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan kasus positif COVID-19 pasca lebaran.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Dokter: Peningkatan Covid-19 Saat Ini Belum Puncaknya. Petugas kesehatan melakukan tes cepat antigen kepada seorang pemudik yang baru tiba di Terminal Bus Kalideres, Jakarta, Ahad (23/5). Tes cepat antigen secara random/acak kepada pemudik arus balik tersebut dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan kasus positif COVID-19 pasca lebaran.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanggung Jawab Klinik Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, Maria Ulfa, mengatakan peningkatan kasus yang sudah mulai terjadi saat ini belum memasuki puncak kasus Covid-19.

"Ini sudah mulai meningkat kasusnya, tapi belum puncaknya liburan setelah Lebaran, jadi tetap harus waspada kita semua terhadap lonjakan kasus ini," kata Maria dalam acara virtual Ranger Talk: "Mewaspadai Lonjakan Kasus Positif Covid-19 Pascalebaran", Sabtu (29/5).

Baca Juga

Maria menuturkan pada Mei 2021, sudah mulai ada kenaikan kasus. Masih ada potensi kenaikan kasus lagi karena libur Lebaran baru pekan lalu, dan masih ada masa inkubasi virus menginfeksi sampai muncul gejala, yakni 14 hari.

Maria menuturkan bisa saja dari antara orang-orang yang sudah pulang dari libur Lebaran belum menunjukkan gejala saat ini karena masa inkubasi tersebut. Oleh karena itu, harus tetap waspada dan mengantisipasi potensi penularan dengan tetap konsisten pada protokol kesehatan 5M, menjaga kesehatan imun, dan menjaga iman.

Protokol kesehatan 5M meliputi memakai masker, selalu menjaga jarak, rajin mencuci tangan, senantiasa menghindari kerumunan/keramaian dan membatasi mobilitas. Sebagai tindakan antisipasi penularan Covid-19, jika ada rekan atau keluarga yang mengalami meriang atau demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan, itu sudah harus diwaspadai dan jangan dianggap sebagai flu biasa.

Orang-orang yang bergejala tersebut harus sudah mulai dikarantina mandiri, misalnya di kamar sampai dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan bukan terinfeksi Covid-19. Sementara itu, jika melihat rekan kerja atau teman yang mengalami seperti flu, ada pilek dan batuk, maka diarahkan beristirahat di rumah untuk mencegah kemungkinan penularan Covid-19.

"Jadi karantina dan konsultasi ke klinik, jadi jangan sampai dia dalam keadaan demam, batuk, pilek masih ke kantor sampai beberapa hari. Itu khawatirnya sudah menularkan ke yang lain ya, jadi kita mencegah untuk klaster rekan-rekan di kantor kita," ujarnya.

Karantina mandiri tersebut dilakukan untuk mencegah penularan baik di lingkungan kantor maupun di keluarga. "Kita harus sadar diri dan sadar lingkungan kalau memang ada yang bergejala ya segera sebaiknya segera isolasi dan dilakukan pemeriksaan," ujarnya.

Dia mengatakan karantina atau isolasi mandiri dapat dilakukan bagi mereka yang bergejala ringan. Selain karantina mandiri, juga perlu dilakukan pemantauan saturasi oksigen secara rutin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement