REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Tradisi Seba Badui meraih prestasi kedua pariwisata terfavorit pada even Anugerah Pesona Indonesia (API) 2021 di Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kami memberikan apresiasi tradisi Seba Badui yang meraih prestasi terfavorit pariwisata di Indonesia itu," kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak Wawan Sukmana di Lebak, Senin (24/5).
Tradisi Seba Badui merupakan budaya masyarakat Suku Badui yang ada di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dan hingga kini masih tetap lestari. Selama ini, pelaksanaan tradisi Seba Badui atas keinginan warga Badui berdasarkan perhitungan adat, namun biasanya setelah melaksanakan ritual Kawalu.
Dimana Kawalu pemukiman masyarakat Badui tertutup bagi wisawatan. Tradisi Seba Badui menjadikan khasanah budaya Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Lebih lanjut dikatakannya budaya Seba Badui sebagai bentuk silaturahmi masyarakat Badui dengan pemerintah yakni Bupati Lebak dan Gubernur Banten serta pejabat lainnya.
Selain itu juga bentuk syukur atas diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa selama setahun hasil pertanian melimpah, tambahnya. Dalam tradisi Seba Badui itu, warga Badui menyerahkan hasil pertanian ladang, seperti pisang, talas, beras huma, petai, gula merah dan aneka kuliner.
Di samping itu juga tradisi Seba Badui dapat menyampaikan aspirasi masyarakat adat untuk mendapatkan perlindungan dari aparat pemerintah setempat. "Warga Badui kerapkali mengalami gangguan keamanan dan lingkungan dari orang luar yang melakukan perusakan di kawasan pemukiman adat," katanya.
Pada tradisi Seba Badui tahun 2021, kata dia, masyarakat Badui meminta perlindungan permohonan kepada bupati dan aparat penegak hukum atas adanya eksploitasi pertambangan emas tanpa izin di kawasan Gunung Liman. Sedangkan, kata dia, Gunung Liman itu merupakan gunung larangan yang harus dijaga juga titipan dari leluhur.
"Dengan laporan yang disampaikan itu mereka para pelaku perusak Gunung Liman ditangkap aparat Kepolisian," katanya.
Menurut dia, pelaksanaan tradisi Seba Badui wajib dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Badui Dalam maupun Badui Luar, karena titipan leluhur itu.
Apabila, tidak dilaksanakan Seba Badui akan kualat dan dapat menimbulkan malapetaka bencana alam. Oleh karena itu, tradisi Seba Badui itu hingga kini masih konsisten dan lestari dilaksanakan komunitas masyarakat Suku Badui, meskipun Indonesia dilanda pandemi Covid-19, katanya.
Tradisi Seba Badui yang berlangsung ratusan tahun dari sejak pemerintah Kerajaan Kesultanan Banten sampai kini masih dilakukan masyarakat Badui. "Saya kira keberhasilan prestasi Seba Badui terfavorit pariwisata di even API itu dari konsisten budaya itu hingga kini masih lestari," katanya.
Tokoh Badui yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Djaro Saija mengatakan masyarakat adat Suku Badui kini tercatat 11.800 jiwa tersebar di 68 perkampungan sangat konsisten untuk melaksanakan upacara tradisi Seba Badui di tengah pandemi Covid-19.
Namun, ujarnya jumlah peserta yang hadir merayakan tradisi itu diwakilkan sebanyak 20 orang terdiri dari tujuh orang dari Badui Dalam dan 14 orang Badui Luar. Dari tujuh orang warga Badui Dalam antara lain dari Kampung Cibeo tiga orang, Kampung Cikawartana dua orang dan Kampung Cikeusik dua orang.
Masyarakat Badui Dalam melaksanakan Seba berjalan kaki dari pemukiman Badui ke Rangkasbitung dan Kota Serang dengan menempuh kutang lebih sepanjang 80 kilometer dan jika pulang pergi 160 kilometer.
"Kami tahun ini perayaan Seba Badui terbatas hingga 20 orang, padahal 2021 perhitungan adat seba Gede yang dihadiri sekitar 2.000 orang," katanya.