REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA— Teroris yang saat ini beroperasi di sekitar Kabupaten Puncak diduga memiliki 70 pucuk senjata api berbagai jenis.
Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius Fakhiri, mengakui sebagian senjata api tersebut diperoleh dari hasil rampasan personel TNI-Polri, sedangkan jumlah anggota teroris beserta simpatisannya sekitar 150 orang, kata Irjen Pol Fakhiri di Jayapura, Jumat (21/5).
Diakui, saat ini kegiatan penegakan hukum di Kabupaten Puncak dilakukan di beberapa titik yang merupakan markas dari kelompok tersebut. Kampung Makki saat ini sudah bisa dijangkau dan anggota melakukan penggeledahan sehingga teroris bergeser, sehingga personel TNI-Polri yang ada di Kabupaten Puncak Jaya diminta waspada dan bersiaga karena diperkirakan menuju ke kampung yang ada di wilayah tersebut.
"Saya dan Pangdam XVII Cenderawasih sudah membahasnya dan meminta semuanya bersiaga, " ucap Fakhiri seraya menambahkan, khusus untuk jajaran Polda Papua sudah dikeluarkan instruksi kepada semua personel yang bertugas di daerah rawan untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Selain itu anggota berupaya memisahkan kelompok teroris dengan warga sipil yang ada di beberapa wilayah di Kabupaten Puncak. Teroris yang berada di sekitar Ilaga berasal dari Puncak Jaya, Pilia, Sugapa, Paniai, Kuyawage dan Lanny Jaya.
Sementara itu, Dandrem 172/Praja Wira Yakhti (PWY) Brigjen TNI Izak Pangemanan mengungkapkan senjata api dan amunisi yang saat ini dimiliki teroris pimpinan Lamek Taplo diperoleh dari reruntuhan helikopter MI 17 yang jatuh dalam penerbangan Oksibil-Sentani pada Juli 2019 lalu.
"Memang benar senpi yang dimiliki KKB pimpinan Lamek Tablo berasal dari helikopter MI17 yang membawa 12 prajurit TNI," kata Izak Pangemanan kepada Antara di Jayapura, Jumat.
Dia mengakui jenazah kru dan helikopter MI17 ditemukan dan dievakuasi pada Pebruari 2020 lalu dan senpi itulah yang digunakan kelompok tersebut saat menyerang anggota Satgas Pengamanan Daerah Rawan (Pamtas) di Serambakon, Selasa (18/5) malam.
Penembakan terhadap anggota yang mengendarai mobil tiba-tiba mogok di ujung jembatan hingga menyebabkan empat personel terluka. "Kontak tembak terjadi saat kendaraan yang ditumpangi anggota dari Yonif 310/KK dan Yonif 403/WP mogok sehingga beberapa turun untuk memperbaiki dan mendorong mobil namun tiba-tiba ditembaki, sehingga terjadi baku tembak," jelas Izak.
Dia menambahkan luka tembak keempat prajurit itu diduga akibat rekoset atau pantulan dari aspal karena yang menjadi korban adalah mereka yang saat itu posisinya sedang mendorong mobil hingga kena kaki."Saya sudah bertemu dan menanyakannya kepada para korban yang saat ini masih dirawat di RST Marthen Indey, Jayapura, " jelas Brigjen TNI Izak.
Empat anggota yang terluka adalah Serka Dian Hardiana dan Praka Kuku Ismail dari Yonif 310/KK, Serda Sukrisdianto Yonif dan Pratu Romi dari Yonif 403/WP.