Jumat 21 May 2021 10:49 WIB

Pakar Analisis Temuan 26 Varian Baru Covid-19 di Indonesia

Kemenkes mengungkapkan, ada 26 mutasi virus Covid-19 baru yang masuk ke Indonesia.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama.
Foto: Dok: pri
Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Tjandra Yoga Aditama mengemukakan, para pakar sedang menganalisis sejumlah dampak dari temuan 26 mutasi Covid-19 di Indonesia.

"Mutasi dan berbagai hal lain tentang Covid-19 tampaknya masih mungkin berkembang dan berubah. Dan, tentunya perlu kita waspadai dan antisipasi," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (21/5).

Tjandra mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada beberapa hari yang lalu mengungkapkan, ada 26 mutasi virus Covid-19 baru yang telah masuk ke Indonesia. Mutasi baru itu terdiri atas 14 kasus asal Inggris B117, dua kasus B1351, dan sepuluh kasus B1617.

"Kalau ada varian atau mutasi baru Covid-19, para pakar selalu menganalisis dampaknya terhadap empat hal," katanya.

Analisis dampak tersebut, di antaranya kemampuan diagnosis dengan PCR, kemungkinan peningkatan penularannya, kemungkinan penyakit menjadi makin berat, serta apakah ada dampaknya terhadap efikasi vaksin.

Sehubungan yang terjadi di negara kita, kata Tjandra, ada tiga hal yang dapat dibahas para pakar. "Pertama, 26 mutasi kasus mutasi baru ini tentu berdasar temuan sejauh ini. Kalau jumlah yang diperiksa makin banyak, bukan tidak mungkin akan ditemukan lagi kasus-kasus yang lain," ujar Tjandra.

Kedua, sebagian dari 26 kasus mutasi baru di Indonesia adalah pekerja migran yang pulang ke Indonesia dengan pesawat terbang. "Sudah menjadi semacam best practice kalau ditemui seorang kasus penyakit menular seperti Covid-19 ini di pesawat, maka semua yang duduk dua baris di depan dan dua baris di belakangnya juga turut diperiksa," ujar Tjandra.

Situasi itu persis seperti kasus yang dialami atlet nasional badminton All England pada Maret 2021 yang di pesawatnya ada kasus Covid-19. Akhirnya, mereka terpaksa harus dikarantina walau semua terbukti sehat dan sudah siap untuk bertanding.

Ketiga, kata Tjandra, akan dilakukan analisis genomik lebih mendalam terhadap varian baru virus Covid-19. "Sehingga, yang B1617, misalnya, dapat diketahui apakah termasuk sub tipe B1617.1, B1617.2, dan B1617.3 yang masing-masing berbeda perangainya dan kemungkinan bahayanya bagi manusia," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement