REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 6.000 guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) siap menjadi laskar untuk mengedukasi keluarga dalam upaya menciptakan Jakarta sehat, sejahtera dan bahagia. Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Himpaudi Prof Dr Ir Netty Herawati MSi pada webinar Edukasi Gizi yang diselenggarakan Himpaudi bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) di Jakarta, Rabu (19/5).
Netty mengatakan banyak potensi besar yang bisa dilakukan oleh guru-guru PAUD untuk mewujudkan Jakarta cerdas, sehat dan bahagia. “Guru PAUD ini mendidik anak-anak generasi bangsa, mereka juga bisa menjadi pionir perubahan bangsa,” ujar dia.
Menurut Netty saat ini literasi gizi tidak diberikan secara baik oleh para guru dan kalah bersaing dengan iklan-iklan produk makanan dan minuman di televisi. Akibatnya anak-anak mengalami berbagai gangguan gizi dan kesehatan, karena keluarga tidak terbiasa menerapkan kemampuan bagaimana memilih makanan, mengetahui harus dan tidak boleh diminum, serta bagaimana menjaga kesehatan tubuhnya.
“Banyak sekali yang mengira telah mengkonsumsi makanan sehat, padahal tidak sehat. Misalnya, banyak orang merasa susu kental manis itu juga susu, sama seperti susu yang lain, padahal tidak,” ujar Netty.
Plt Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi DKI Jakarta yang hadir mewakili Gubernur DKI Jakarta, Ir Suharti MA PhD mengatakan literasi gizi sangat penting. Tidak hanya guru saja yang memberikan literasi kepada anak didiknya, tetapi juga kepada para orang tua juga perlu. "Karena faktanya memang orang tualah yang menyiapkan konsumsi anak-anaknya," katanya.
Sementara Dr dr Nur Aisiyah Widjaja SpA (k) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, mengatakan tumbuh kembang anak sejak lahir sampai usia dua tahun sangat pesat. Di usia itu, anak memerlukan pemberian makanan yang mengandung zat gizi mikro (protein, lemak, karbohidrat) dan makro (vitamin dan mineral) untuk mencapai tumbuh kembang optimal. "Kalau kita memberikan nutrisi yang salah maka itu akan berdampak pada gangguan pertumbuhan,” ucap Nur Aisiyah.
Ketua Harian YAICI Arif Hidayat menambahkan pengenalan literasi gizi yang masih rendah di masyarakat selama ini telah menyebabkan hampir 100 tahun Indonesia direcoki oleh informasi yang salah atau iklan yang salah. Terutama iklan mengenai asupan gizi.
Karenanya, Arif berharap orang tua nantinya dapat memberikan asupan gizi kepada balita atau anak-anak mereka, yang sesuai dengan anjuran pemerintah ataupun peraturan yang ada di Indonesia. “Jadi, harus sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak, tidak boleh banyak gula,” ujarnya.