REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah kembali menegaskan bahwa vaksin Merah Putih yang diprakarsai Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Universitas Airlangga (Unair) akan digunakan dalam program vaksinasi nantinya. Saat ini, vaksin Merah Putih sedang menjalani uji praklinis terhadap subjek hewan besar.
"Setelah uji praklinis pada hewan berhasil maka dilanjutkan uji klinis atau penyuntikan relawan. Vaksin merah putih tetap masuk ke dalam program pemerintah," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers, Selasa (18/5).
Sebelumnya, Wakil Rektor I Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development Universitas Airlangga (Unair), Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengungkapkan, ada tiga tahapan uji klinis yang harus dilewati. Jika uji klinis fase I sampai III dinyatakan aman dan efektif, tahapan selanjutnya memasuki fase ke IV, yakni pengawasan pemasaran. Agar cepat diproduksi, kata dia, pemerintah melalui Menko Marves mengagendakan rapat periodik setiap bulan agar target produksi vaksin Merah Putih sesuai rencana.
Anggota tim riset Vaksin Merah Putih Unair, Prof dr Cita Rosita, mengatakan, ada tahapan-tahapan uji klinis yang harus dilalui Vaksin Merah Putih. Tahapan ini yang akan dijalankan setelah sukses melewati uji coba terhadap hewan.
Pada tahap uji klinis fase satu, vaksin disuntikkan ke beberapa sukarelawan (orang dewasa) dalam kondisi sehat. Hal tersebut dimaksudkan untuk menguji keamanan vaksin Covid-19 dalam tubuh manusia. "Jika dinyatakan aman dan efektif, vaksin tersebut dapat memasuki uji klinis fase kedua," ujarnya.
Pada uji klinis fase kedua, pengujian vaksin Covid-19 tetap dilakukan terhadap relawan yang merupakan orang dewasa, tetapi sasarannya ke lebih banyak. Tujuannya agar sampel yang diperoleh lebih beragam.
Setelah lulus uji klinis fase kedua, vaksin akan memasuki uji klinis fase ketiga. Pada penelitian ini, vaksin akan diberikan kepada lebih banyak orang dengan kondisi yang lebih bervariasi. Setelah itu, para peneliti akan memantau respons kekebalan tubuh para penerima vaksin serta memantau apakah terdapat efek samping vaksin dalam jangka waktu lebih panjang.