Selasa 18 May 2021 02:55 WIB

Kejenakaan dalam Kenangan

Teguh Esha adalah penulis Ali Topan Anak Jalanan wafat pada Senin akibat Covid-19

 Sastrawan, Teguh Esha. Teguh Esha adalah penulis Ali Topan Anak Jalan yang wafat pada Senin akibat Covid-19.
Foto:

Perbincangan pun terhenti sesaat ketika kami berpindah tempat untuk mencari makan malam. Sasaran kami saat itu adalah warung tenda di bilangan Blok M. Kami pesan pecel ayam dan minuman. 

Saat menunggu pesanan tiba, saya tanya lagi Mas Teguh. "Mas, apa yang menarik dari Ali Topan sih?" Saya lihat, Mas Teguh minta kertas untuk bungkus makanan ke pedagangnya. Tak berapa lama, Mas Teguh yang mengenakan kemeja lengan pendek warna coklat muda itu mengambil pena yang dikantongi di saku kemeja di dadanya. Entah dia buat corat-coret tulisan apa. 

Sambil menulis itu, dia sesekali melirik saya. Berpikir sesaat, kemudian dia menjawab, "Saya ingin menceritakan kehidupan anak-anak muda saat itu. Orang-orang lihatnya anak-anak mudanya kayak berandalan. Sebenarnya mereka gak sepeti itu. Mereka ada pula yang baik dan pintar, walau kelihatannya seperti pemberontak."

Sutradara film Ali Topan ini pun kembali asyik dengan corat-coretnya di kertas. Saya tak berusaha mengintipnya, karena tertarik untuk bertanya lagi. Tapi, Mas Teguh tahu kalau Saya sempat melirik apa yang dia tulis. Dia pun segera membalikkan kertas dan tertawa. Dia pun berkata, "Hayo... Mau ngintip ya? Nanti ajah. Nanti Saya kasih lihat. Belom selesai."

Mas Teguh memang senang menulis. Film Ali Topan yang dia sutradarai pun akhirnya dibuat tulisannya dalam bentuk novel di tahun yang sama saat diriliskan filmnya. Dia mengaku bahwa dia senang juga menuliskan puisi. 

"Nah... Ini puisinya. Saya persembahkan untuk kamu, Dewi," ucap Mas Teguh sambil menyerahkan kertas pembungkus makanan itu yang sudah ditulisinya.

Saya benar-benar merasa tersanjung menerimanya. Bahkan, isi puisi yang Saya lupa lagi detailnya, menggambarkan karakter Saya dengan jelas. "Serius nih, Mas? Buat Saya?" Saya heran dan senang menerimanya. 

"Wah, baru kali ini nih, Wi, dia nulis puisi begitu. Baru pertama kali ketemu, udah dibikinin puisi. Kalah deh yang lain-lain," Kata Bang Haris sambil tertawa, diikuti keempat orang lainnya sambil menikmati pecel ayam. 

Kami pun berpisah setelah waktu menunjukkan hampir tengah malam. Kami sangat senang dengan pertemuan dan perbincangan kami. "Nanti kita ketemu dan ngobrol-ngobrol lagi yaah, Dewi," begitu ucap Mas Teguh. Saya pun mengiyakan, "Insya Allah, Mas". 

 

Itulah pertemuan awal kami dan beberapa perbincangan akrab terjadi hanya melalui telepon. Ucapan salam pun sempat disampaikan kepada Mas Teguh lewat sahabatnya Bang Haris. Rupanya, Senin ini, berita duka yang Saya terima tentang Mas Teguh. Selamat jalan, Mas Teguh Esha. Semoga Allah SWT memberi tempat terbaik bagimu. Aamiin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement