REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health, Griffith University Australia, Dr Dicky Budiman M.Sc.PH, PhD mengatakan penguasaan data menjadi kunci menghindari terjadinya ledakan kasus Covid-19 setelah arus balik Idul Fitri 1442 Hijriah.
"Penting memperkuat data deteksi kasus, sistem pelaporan, pengolahan, analisis hingga interpretasi data yang dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan," kata Dicky di Jakarta, Jumat (14/5).
Selain itu aspek-aspek umum di layanan kesehatan juga harus diperkuat. Misalnya adanya program jangkauan ke rumah-rumah, penguatan sistem kesehatan (SDM, alat, obat dan lain-lain), menyiapkan mekanisme rujukan serta penguatan survailans genomic (di tingkat pusat).
"Memberlakukan pembatasan pergerakan manusia (seperti PPKM) sebelum masa liburan tiba juga harus dilakukan untuk mengurangi risiko penularan," katanya. Meski telah mendapat vaksinasi, setiap individu harus memiliki prinsip jaga diri, menjaga konsistensi dalam penerapan protokol kesehatan, karena cukup hanya satu orang terinfeksi sudah bisa perburuk situasi.
Kesimpulannya, melakukan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilisasi/interaksi) dan 3T (tracing, testing dan treatment) masih merupakan cara yang paling efektif untuk menanggulangi pandemi selain menguatkan survailans epidemiologi. Sejauh ini penguasaan data masih berpegang kepada 3T yang sangat berguna untuk identifikasi awal Covid-19 sehingga dapat mencegah penyebaran.
Pemerintah telah menetapkan swab antigen sebagai salah satu metode testing yang dapat digunakan. Tes swab antigen yang bukan cepat tapi juga akurat.