Kamis 13 May 2021 03:24 WIB

Idul Fitri, Agungkan Nama Allah, Muliakan Ciptaan-Nya

Semangat Idul Fitri sebagai revitalisasi moral mendorong kita kepada kesucian asal.

Idul Fitri Ilustrasi
Foto:

Oleh : M Fuad Nasar, Pegiat filantropi Islam dan Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam.

Ramadhan telah berlalu dan kita lepas dengan alunan takbir. Akan tetapi nilai-nilai ibadah puasa sebagai pendidikan (tarbiyah) Ilahi kepada hamba-Nya harus terpatri dalam kehidupan sehari-hari.

Dewasa ini, kita merasakan gejala arus kehidupan yang mengutamakan materi dan status. Perlombaan mengejar kekayaan dan kedudukan membuat sebagian orang menghalalkan segala cara.

Manusia seolah tidak dihargai karena ketinggian akhlak, kedalaman ilmu dan keluhuran budi pekertinya, tapi dari kekayaan, jabatan dan keturunannya. Pengaruh materialisme yang mengepung kita dari segenap penjuru akan dapat ditanggulangi dengan keteguhan iman yang dibentuk melalui puasa dan kesadaran imsak (menahan diri).

Semangat Idul Fitri sebagai rekonstruksi mental dan revitalisasi moral, mendorong kita semua kembali pada kesucian asal, kesucian fitrah yang hanif, mencari dan mengikuti kebaikan dan kebenaran. Ketakwaan harus tertanam pada setiap diri, yang esensinya menyadari kehadiran Allah SWT dan pengawasan-Nya dalam kehidupan kita. “Dia (Allah) beserta kamu di mana pun kamu berada dan melihat apa yang kamu perbuat.” (QS Al Hadid {57} : 4)

Idul Fitri hadir mengingatkan umat Islam dan dunia terhadap pentingnya moralitas kemanusiaan yang harus ditegak-hormati serta pilar-pilar kedamaian, kesucian serta kasih sayang yang perlu ditumbuh-kembangkan di tengah masyarakat. Dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks, pengetahuan tentang agama haruslah berbanding lurus dengan penghayatan dan pengamalan ajaran agama sebagai sikap hidup Muslim. Umat Islam perlu mengasah kepekaan moral, kepekaan sosial, kepekaan intelektual, kepekaan teknologi dan kepekaan lingkungan di tengah dunia yang mengalami perubahan sangat dinamis.

Islam mengajarkan prinsip bahwa semua umat manusia dinaungi oleh persaudaraan kemanusiaan yang universal. Persaudaraan kemanusiaan itu harus menumbuhkan sikap saling mengenal (ta’aruf), menghormati serta melindungi satu sama lain. Persaudaraan kosmopolitan mengharuskan umat manusia di mana pun harus hidup saling membantu terutama di saat yang lain menderita atau ditimpa bencana.

Kewajiban membantu sesama yang menderita atau ditimpa bencana harus menghormati keyakinan dan identitas agama mereka yang dibantu.

Mengenang ucapan ulama besar Prof Hamka, “Islam bukanlah semata-mata hubungan dengan Allah, tetapi juga hubungan dengan masyarakat. Bukan semata-mata ibadat, tetapi mencakup juga bernegara dan bermasyarakat.” 

Sejalan dengan itu, para orang tua berkewajiban mewariskan ajaran dan nilai-nilai Islam kepada anak dan generasi penerusnya, sehingga Islam membentuk sikap dan pandangan hidup dalam keluarga secara turun-temurun. Janganlah menganggap keberagamaan kita telah sempurna hanya dengan menjalankan ibadah ritual, sedang pada sisi lain kita mengabaikan makna substantif ibadah yang sarat dengan pesan moral.

Untuk menjadi seorang Muslim yang baik, tidak cukup hanya dengan kesalehan individual dalam arti hanya menunaikan ibadah mahdah (ibadah formal) yang telah disyariatkan. Setiap muslim diperintahkan menunaikan kewajiban kepada sesama manusia dengan jalan berbuat baik (ihsan) karena Allah.

Umat Islam diajarkan oleh agama pun agar meraih kebahagiaan Idul Fitri dengan membagi kebahagiaan kepada sesama manusia yang kurang beruntung secara materi melalui pemberian zakat, wakaf, infak dan shadaqah serta empati terhadap penderitaan orang lain. Rasulullah SAW bersabda; “Manusia yang paling dicintai Allah ialah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. Amal yang paling utama ialah memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang yang beriman, melepaskannya dari rasa lapar, membebaskannya dari kesulitan, dan membayarkan utang-utangnya.” (H.R. Ibnu Hajar al-Asqalani).

Marilah lestarikan hikmah ibadah puasa dengan memperbaiki sikap, perilaku dan gaya hidup (life style) yang mencerminkan  jatidiri sebagai Muslim. Kesalehan umat harus meliputi segala hal, termasuk kesalehan dalam berpolitik, berekonomi, dan mengelola birokrasi yang bersih, membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa.  

Semoga kita semua diberi umur panjang dan kesempatan agar bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan tahun depan dalam kondisi yang lebih baik. Di hari Idul Fitri yang istimewa ini mari kita berdoa dan mohon ampun kepada Allah, semoga marabahaya Covid 19 segera berlalu. Hanya kepada Allah SWT, kita semua mencari kekuatan dan pertolongan.

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Walillaahil hamd.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement