Rabu 12 May 2021 06:14 WIB

Seabad The Wonder Cane of Java

Indonesia adalah negara importir gula dan merupakan importir gula terbesar di dunia.

Buruh tani memanen tebu hijau sebagai bahan baku minuman sari tebu.
Foto:

Oleh : Prof Andi Muhammad Syakir, Ketua Umum Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Profesor Riset Bidang Perkebunan

Skenario Swasembada Gula

Swasembada gula dapat dicapai jika didukung dengan langkah-langkah strategis, komprehensif, implementatif, dan sinergitas para stakeholder yang kuat. Kuncinya terletak pada pengoptimalan sumber daya yang tersedia (berkaca pada pengalaman PG yang berhasil meningkatkan produktivitas dan randemen), diiringi dengan penerapan hasil riset & teknologi inovasi serta pengembangan perluasan areal dengan minimum input dan pro petani.

Kementerian pertanian menargetkan swasembada gula konsumsi tahun 2020-2023 melalui upaya intensifikasi 200 ribu ha dan ekstensifikasi 50 ribu ha dengan target peningkatan produksi 676 ribu ton GKP sehingga baru bisa mencukupi kebutuhan gula konsumsi sebanyak 2,80 juta ton per tahun. Intensifikasi dibutuhkan agar produktivitas gula yang selama ini stagnan pada kisaran 5-6 ton per ha, meningkat menjadi minimal 7,0 ton per ha.

Upaya peningkatan baik produktivitas maupun rendemen tebu telah dilakukan oleh beberapa PG dengan berbagai strategi dan taktik dalam pelaksanaannya. PG Gendhis Multi Manis pada Tahun giling 2016-2018, pernah meraih kinerja rendemen tertinggi nasional sebesar 9,15 persen.

Upaya Pencapaian kuantitas maupun kualitas diperbaiki mulai dari penerapan F-Score yang konsisten dan MBS, prioritas alat kerja cane preparation design cane cutter pada ME

(Mill Extraction), serta BHR (Boiling house recovery) dengan pengoperasian pH, suhu,

dan waktu yang terjaga dan stabil. Produktivitas tebu Jatim enam tahun terakhir sedikit

mengalami kenaikan dengan pertumbuhan 1,8 persen hampir dua kali pertumbuhan nasional, dan produktivitas tebu banyak dipengaruhi oleh iklim, seperti tahun 2016 tertinggi (80,8 ton per ha).

Selain berkaca dari pengalaman, upaya lain yang dapat dilakukan yaitu melalui program bongkar dan rawat ratoon serta penyediaan benih tebu unggul. VUB tebu seperti yang telah dirilis oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan tahun 2017 dapat menjadi salah satu solusi untuk penyediaan benih tebu unggul.

Varietas unggul tersebut yaitu AAS Agribun, ASA Agribun, AMS Agribun dan CMG Agribun dengan produktivitas tebu masing-masing 100–200 ton per ha, rendemen 11-13 persen dan hablur gula 10-20 persen. Selain dari varietas di atas, juga beberapa varietas yang telah dirilis oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) diantaranya BL, PSBK

051, PSBK 061, Kentung, PS 091, PS 092, PSBM 901, PSCO 902, PSDK 923, PSJK

922, dan lainnya yang keseluruhan varietas tersebut memiliki keunggulan tersendiri. Luas,

Kebutuhan gula nasional dalam 5 tahun ke depan diperkirakan mencapai 8,0 juta ton. Di mana 3,5 juta ton diantaranya untuk kebutuhan langsung masyarakat dan sisanya 4,5 juta ton untuk keperluan industri makanan dan minuman.

Skenario untuk menghasilkan gula sebanyak itu, dilakukan melalui optimalisasi kapasitas pabrik gula (PG) existing dan penambahan PG baru. Potensi existing 62 PG berdasarkan kapasitas terpasangnya berada pada kisaran 3,70 juta ton, sementara tingkat produksi yang dicapai pada tahun giling ini baru mencapai 2,2 juta ton atau 59,5 persen di bawah potensinya. Hal ini berarti untuk meningkatkan produksi gula sedikitnya 1,68 kali lebih tinggi dari produksi yang dicapai saat ini, bisa dilakukan dengan intensifikasi kebun tebu yang ada seluas 411 ribu ha serta revitalisasi PG agar lebih efisien.

Raw sugar akan diberikan kepada PG existing dengan kontra prestasi yaitu perluasan areal, peningkatan produktivitas kebun, peningkatan efisiensi pabrik, peningkatan mutu gula, peningkatan inovasi, dan disertai pengawasan dan law enforcement. Sementara untuk menambah pasokan gula sebanyak 4,30 juta ton agar tercapai swasembada dibutuhkan tambahan areal min 478 ribu ha atau setara dengan pembangunan 20 PG

baru dengan kapasitas masing-masing 15.000 TCD.

Upaya perluasan lahan tebu (Ekstensifikasi) diproyeksikan mencapai 50 ribu ha terutama di luar Jawa melalui konsep pengembangan berbasis korporasi petani atau food estate berbasis tebu. Upaya kebijakan perlu dilakukan untuk akselerasi pembangunan PG baru dan perluasan areal pertanaman agar implementasi kebijakan harga acuan penjualan di konsumen (HET/HAP) berjalan efektif. Di antaranya dimulai dari evaluasi terhadap perbedaan komponen biaya distribusi antarwilayah, memberikan insentif kepada petani seperti subsidi benih, pupuk, sewa lahan, mekanisasi, dan peningkatan kapasitas SDM agar dapat menekan biaya produksi menjadi lebih efisien.

Pemberian insentif kepada industri termasuk kemudahan dalam menyediakan bahan baku, perbaikan dan revitalisasi pabrik gula, menyusun standar kualitas (SNI) untuk gula konsumsi, pemberian insentif untuk akselerasi pembangunan PG Baru dan kemudahan dalam memperoleh lahan untuk ekstensikasi, serta koordinasi yang intensif antarlembaga terkait sehingga regulasi yang ditetapkan dalam pergulaan nasional dapat bersinergis.

Sejarah menunjukkan kejayaan industri gula Indonesia tidak terlepas dari peran riset dan pengembangan (R&D) yang memperoleh pendanaan memadai. Karena itu, kembalinya kejayaan industri gula Indonesia yang mampu mendukung terwujudnya swasembada gula harus diringi dengan pemberdayaan kembali R&D. Lembaga riset, baik swasta maupun pemerintah, harus bisa berkembang menciptakan inovasi dan teknologi sesuai dengan situasi yang berkembang.

Pengembangan pergulaan nasional menyangkut banyak pihak, sehingga kebijakan pengembangan pergulaan harus dilakukan secara komprehensif. Industri gula di Indonesia melibatkan banyak stakeholder sehingga kepentingan masing-masing stakeholder harus seirama, baik menyangkut produksi, distribusi, konsumsi, kelembagaan, harga, hilirisasi, diversifikasi produk, maupun pola pertanaman tebu, khususnya tebu rakyat.

Kebijakan gula nasional harus terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik, khususnya diantara Kementerian yang menanganinya. Gula yang manis ini memang memikat banyak pihak untuk terlibat di dalamnya meskipun persoalannya terasa kian pelik dan pahit. Pohon kehidupan akan indah dan berbuah manis manakala selalu dipupuk dengan kerja keras tanpa mengenal lelah dalam bingkai keikhlasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement