Jumat 07 May 2021 17:47 WIB

Bersiap Menghadapi Klaster Lebaran

IDI memperkirakan klaster Lebaran muncul dua pekan setelah arus mudik selesai.

Sejumlah warga berjalan di area parkiran bus yang kosong di Terminal Cicaheum, Kota Bandung, Jumat (7/5). Meski sudah memberlakukan larangan mudik, pemerintah tetap bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 pascalibur Lebaran.
Foto:

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) memperkirakan klaster Idul Fitri mulai terlihat setelah arus balik selesai. PB IDI meminta pemerintah perkuat pelacakan dan tes untuk mengungkap kasus Covid-19 selama kurun waktu hingga sebulan setelah Lebaran.

"Klaster Lebaran ini mulai terlihat dua pekan setelah arus mudik dan balik selesai. Sebab, meski ada larangan mudik 6 hingga 17 Mei, ada yang bocor-bocor karena mungkin masih ada masyarakat yang memaksakan diri (pulang kampung)," kata Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih saat dihubungi Republika.

Adanya pergerakan internal seperti saat mudik aglomerasi, pembukaan tempat wisata membuat Daeng meminta pemerintah perlu memperkuat testing dan tracing. Ia menambahkan, pemerintah sudah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro maka bisa digencarkan untuk melakukan pelacakan dan tes spesimen setelah libur Lebaran.

"Bisa selama dua pekan bahkan sebulan setelah libur Lebaran (memperkuat testing dan tracing)," ujarnya.

Untuk mengurangi penularan virus, Daeng meminta masyarakat jangan pergi mudik dulu atau melancong ke tempat wisata dan menerima orang asing. Daeng mengakui ini memang berat karena mudik jadi budaya bagi masyarakat. Namun, mau tak mau masyarakat diminta harus sadar.

"Tapi masyarakat pelan-pelan mulai sadar kan, tidak menimbulkan gejolak yang hebat. Saya yakin masyarakat sudah memahami dan menyadari meskipun ada yang memaksakan diri," katanya.

Oleh karena itu, Daeng meminta pemerintah perlu terus komitmen dan tegas mengingatkan supaya proses pembelajaran di masyarakat terus terjadi. Ia berharap pemerintah tetap tegas. Sebab, seringkali ia melihat masyarakat menekan kemudian pemerintah terkadang berusaha untuk mengatasi ketegangan dengan melonggarkan aturan.

PB IDI berharap pemerintah tetap pada komitmen dan tegas dengan peraturan untuk mengurangi kerumunan. Karena ini bermanfaat untuk mengurangi ledakan infeksi virus yang kemungkinan bisa terjadi. "Kalau kita komitmen, tegas dan masyarakat terus dapat pembelajaran maka ada penyadarannya agar semakin bertambah," katanya.

Anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani, meminta pemerintah menyiapkan kebijakan penanganan untuk menanggulangi skenario terburuk pandemi Covid-19. Mengingat dalam waktu dekat, akan ada pergerakan massa yang cukup besar jelang dan saat Lebaran.

"Saya minta pemerintah menyiapkan skenario terburuk yang sangat mungkin kita hadapi pasca hari raya Idul Fitri ini," ujar Netty saat menginterupsi rapat paripurna di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (6/5).

Pemerintah diminta berkaca dari lonjakan kasus Covid-19 di India yang terjadi usai adanya pergerakan massa yang besar dan abai protokol kesehatan. Untuk itu, ia meminta agar kebijakan larangan mudik dapat diimplementasikan dengan baik.

"Tentu saja karena hari ini kita sudah melihat kebijakan atau regulasi pemerintah untuk tidak mudik. Tentu ada beberapa pernyataan ada beberapa sikap pejabat publik yang membuat kebijakan ini diakali dan disiasati," ujar Netty.

Di samping itu, tiga varian virus baru, yakni B.1.1.7 asal Inggris, varian mutasi ganda B.1.617 asal India, dan B.1.351 yang berasal dari Afrika Selatan diketahui sudah masuk ke Indonesia. Pemerintah dan masyarakat diimbau tak meremehkan ketiga virus tersebut.

"Tentu hal ini tidak dapat dipandang remeh dan sebelah mata, karena kita melihat bagaimana situasi yang terjadi sebagaimana kita sebut tsunami pandemi di India," ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Langkah antisipasi penting karena tren penambahan kasus Covid-19 sebenarnya belum menurun. Satgas Penanganan Covid-19 melaporkan, penambahan kasus positif Covid-19 pada Jumat (7/5) mengalami kenaikan tertinggi sejak sepekan terakhir. Satgas mencatat, dari 75.990 pemeriksaan spesimen terhadap 46.635 orang, ditemukan 6.327 kasus baru pada hari ini.

Penambahan kasus baru inipun menjadikan total kasus positif di Tanah Air telah mencapai 1.703.632. Sebelumnya pada Kamis (6/5) kasus positif baru tercatat sebesar 5.647 orang, pada Rabu (5/5) ditemukan 5.285 kasus, dan pada Selasa (4/5) dilaporkan 4.369 kasus baru.

Sedangkan, angka positivity rate pada hari ini tercatat sebesar 13,57 persen dan jumlah kasus aktif bertambah hingga 269 orang. Hingga hari ini, total terdapat 98.546 kasus aktif yang masih dalam perawatan dan pemantauan. Sementara itu, jumlah kasus sembuh pada hari ini tercatat sebesar 5.891 orang dan menjadikan total kasus sembuh mencapai 1.558.423.

Satgas juga mencatat penambahan kasus kematian harian yang mencapai 167 orang. Total kumulatif kasus kematian pun telah menyentuh angka 46.663. Selain itu, juga masih terdapat sebanyak 84.430 suspek.

Dari penambahan kasus baru pada hari ini, Provinsi Jawa Barat menjadi penyumbang tertinggi kasus positif yang sebesar 1.953 orang. Disusul oleh DKI Jakarta yang mencatat penambahan kasus sebanyak 783. Di Riau kenaikan kasus tercatat mencapai 628, kemudian di Jawa Tengah sebesar 524, dan disusul di Sumatera Barat dengan 283 kasus baru.

Sebanyak tujuh provinsi juga melaporkan penambahan kasus baru di bawah 10 dan dua provinsi melaporkan tak ada penambahan kasus baru yakni Gorontalo dan Maluku. Terkait update vaksinasi, Satgas mencatat sebanyak 13.136.686 orang telah mendapatkan vaksin dosis pertama dan 8.456.259 orang telah mendapatkan vaksin dosis kedua.

photo
Larangan mudik Lebaran. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement