Kamis 06 May 2021 15:01 WIB

Mutasi Virus Corona India yang Sudah Sampai ke Tangsel

Dua orang warga Tangsel dikonfirmasi pernah terpapar mutasi Covid-19 India, B1617.

Seorang pengendara motor melintas di depan mural tentang pandemi Covid-19. Indonesia sedang mewaspadai masuknya sejumlah mutasi virus corona, seperti strain dari India dan Inggris. Di Tangsel sudah ditemukan dua warga yang positif akibat mutasi virus corona India B1617.
Foto:

Mutasi virus corona dari strain luar negeri diprediksi akan terus bertambah jumlahnya. Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi melaporkan 59 pelaku perjalanan luar negeri asal India di Indonesia terdeteksi positif Covid-19. "Pada periode 28 Desember 2020 sampai 25 April 2021, kita dapatkan 59 kasus positif dari pelaku perjalanan dari India," katanya dalam pernyataan kepada wartawan secara virtual, Kamis (6/5).

Dari 59 kasus positif tersebut, 49 di antaranya merupakan warga negara asing asal India dan sepuluh warga negara Indonesia. Ke-26 kasus positif tersebut, lanjutnya, di antaranya dideteksi dari para pelaku perjalanan dari India pada 10 hingga 25 April 2021.

"Dari 26 kasus itu, 24 warga negara India dan dua orang warga negara Indonesia," katanya.

Siti Nadia mengatakan 26 kasus positif sudah diambil spesimennya untuk dilakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) atau pengurutan genom untuk diketahui apakah ada potensi mutasi atau varian baru dari SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 seperti B117, B1617 dan B1351. "Pemeriksaan spesimen dilakukan secara sampling untuk kedatangan 28 Desember sampai 10 April 2021. Kita masih tunggu spesimen tadi, baik dari 26 yang positif maupun spesimen yang jadi sampel pada periode sebelumnya," katanya.

Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, tegas mengatakan pemerintah tidak boleh mengabaikan fakta adanya pelaku perjalanan dari India ke Indonesia yang positif Covid-19. Pemerintah tidak boleh mengabaikan situasi ini dan harus menutup perjalanan wisata umum dari dalam maupun luar negeri, termasuk dari India.

"Situasinya saat ini virus Covid-19 memang semakin menyebar. Untuk mengamankan suatu negara dari virus-virus Covid-19 yang baru harus lakukan penutupan sementara perjalanan ke luar negeri. Ini lebih aman," katanya saat dihubungi Republika, Kamis (6/5).

Kemudian, ia melanjutkan pemerintah tidak bisa bergantung dengan adanya karantina selama 14 hari bagi wisatawan yang positif Covid-19. Tentu hal ini sangat berpotensi dan membuat situasi di Indonesia semakin parah.

"Berisiko jika Indonesia masuk membuka jalur wisatawan yang ke luar maupun ke dalam negeri. Lebih aman perjalanan wisata ditutup sementara. Ini tidak bisa diabaikan," kata dia.

Pemerintah India mengatakan, bahwa varian mutasi ganda baru dari Covid-19 dinilai terkait kuat pada gelombang kedua di negara tersebut. Sampel yang mengandung varian B1617 telah ditemukan di beberapa negara bagian dengan jumlah kasus yang tinggi mulai Maret lalu.

Pejabat di Pusat Pengendalian Penyakit Nasional mengatakan, pihaknya belum sepenuhnya membuat korelasi, meski mengira terdapatnya korelasi. Mutasi ganda adalah ketika dua mutan bersatu dalam virus yang sama.

Dari sekitar 13 ribu sampel yang diurutkan, lebih dari 3.500 ditemukan varian yang menjadi perhatian (VOC) di delapan negara bagian. Namun selama lebih dari sebulan, ibu kota, New Delhi teguh berpendirian bahwa varian B1617 tidak memiliki hubungan dengan lonjakan kasus yang terjadi belakangan ini.

Para pejabat juga membantah bahwa peningkatan kasus terkait dengan mutasi Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil. Ahli virologi Dr Shahid Jameel mengatakan, bahwa India mulai serius melihat mutasi cukup terlambat. Sebab, upaya pengurutan baru dimulai dengan benar pada pertengahan Februari 2021.

India mengurutkan lebih dari 1 persen dari semua sampel saat ini. "Sebagai perbandingan, Inggris mengurutkan pada 5-6 persen pada puncak pandemi. Tetapi Anda tidak dapat membangun kapasitas seperti itu dalam semalam," katanya dikutip laman BBC.

Meskipun pemerintah pusat mengatakan ada korelasi, namun hubungan tersebut tidak sepenuhnya benar. "Korelasi epidemiologis dan klinisnya tidak sepenuhnya ditetapkan. Tanpa korelasi, kami tidak dapat membangun hubungan langsung dengan lonjakan apa pun. Namun, kami telah menyarankan negara bagian untuk memperkuat respons kesehatan masyarakat seperti meningkatkan pengujian, isolasi cepat, mencegah keramaian, vaksinasi," ujar pejabat di Pusat Pengendalian Penyakit Nasional, Sujeet Singh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement