Selasa 01 Nov 2022 13:58 WIB

Subvarian XBB Punya Kekhasan Cepat Menyebar Tapi Bergejala Ringan

Mutasi dalam varian Omicron seperti XBB memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh.

Ilustrasi virus corona.
Foto: Pixabay
Ilustrasi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis mikrobiologi klinik konsultan, Angky Budianti, mengatakan subvarian XBB, yang merupakan turunan dari Omicron SARS-CoV-2 atau B.1.1.529, memiliki kekhasan pada kecepatan penyebaran. Pasien subvarian ini namun mayoritas memiliki gejala yang bersifat ringan.

"Memang Omicron ini termasuk juga XBB, lebih khas pada kecepatan penyebaran dan ada kemungkinan bisa immune escape, walaupun immune escape ini masih dalam proses pengawasan oleh WHO. Meskipun demikian, mayoritas klinisnya itu lebih ringan," kata dokter dari RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo ini dalam webinar yang diikuti di Jakarta, Selasa (1/11/2022).

Baca Juga

Dia menjelaskan mutasi pada virus sebetulnya merupakan hal yang normal untuk mempertahankan hidupnya dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan tempat virus tersebut hidup.

Pada Omicron, varian ini memiliki 32 titik mutasi. Mutasi yang terbanyak terdapat pada bagian gen yang mengkode protein spike. Dengan demikian, varian Omicron termasuk di dalamnya subvarian XBB, memiliki kekhasan penyebaran yang cukup cepat dibanding varian sebelumnya.

Mayoritas klinis yang ditunjukkan pasien yang terinfeksi XBB umumnya bergejala ringan. Yaitu gejala infeksi saluran napas atas seperti batuk, pilek, demam, dan kadang nyeri menelan atau sakit tenggorok.

Angky mengatakan subvarian XBB yang masih sesama varian Omicron tidak memiliki perbedaan yang terlalu bermakna. Hal tersebut berbeda jika dibandingkan dengan varian Delta dengan tingkat penyebaran yang cepat dan bergejala berat, sehingga banyak pasien yang dirawat di rumah sakit dan meninggal dunia.

"Tapi, kalau sesama varian Omicron, perbedaannya tidak terlalu bermakna seperti XBB ini," ujarnya.

Subvarian XBB pertama kali dilaporkan di India pada Agustus lalu. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 27 Oktober 2022, prevalensi XBB di seluruh dunia sekitar 1,3 persen dan sudah ditemukan di 35 negara.

Angky menjelaskan varian Omicron sebetulnya sudah mempunyai beberapa subvarian atau turunan, yaitu BA.1, BA.2, hingga BA.5. Sementara XBB merupakan rekombinan dari dua turunan BA.2, yakni BA.2.10.1 dan BA.2.75. Dalam bahasa awam, Angky mengibaratkan XBB sebagai 'cucu' dari Omicron.

Selain XBB, Angky juga menyoroti BQ.1 yang merupakan turunan dari BA.5. Subvarian BQ.1 memiliki prevalensi cukup besar sekitar 6 persen atau lebih banyak dibanding XBB dan sudah menyebar di 65 negara.

Baca juga : Indonesia Catat Delapan Kasus Covid-19 Akibat Subvarian XBB, Penderita Rasakan Gejala Ini

BQ.1 memiliki kemampuan untuk menghindari sistem imun tubuh (imun escape). Namun, hingga saat ini masih belum ada data yang tersedia mengenai beratnya penyakit dan kemampuan BQ.1 untuk bersembunyi dari sistem imun tubuh.

Sementara itu, kemampuan BQ.1 untuk bersembunyi dari vaksin (vaksin escape) masih dalam tahap penelitian. Namun, proteksi vaksin terhadap infeksi BQ.1 kemungkinan berkurang dan proteksi terhadap beratnya penyakit tidak ada dampak yang besar.

Angky mengatakan XBB dan BQ.1 masih tetap dalam pengawasan WHO. Hal-hal yang diawasi, termasuk bagaimana tingkat kecepatan penyebarannya, manifestasi beratnya penyakit, kemampuannya bersembunyi dari vaksin hingga apakah terdapat perbedaan karakteristik yang bermakna jika dibandingkan dengan varian Omicron yang asli.

"Semoga saja ini tidak jadi varian of concern baru, tapi tetap menjadi subvariannya dari Omicron," kata Angky.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement