Rabu 05 May 2021 15:25 WIB

Ekonomi Jatim Masih Minus di Triwulan I 2021

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Impor Luar Negeri sebesar 10,72 persen.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pedagang dan pembeli sapi bertransaksi di Pasar Keppo, Pamekasan, Jawa Timur, Sabtu (1/5/2021). Sejak awal Ramadhan 1442 H. harga sapi di Madura ukuran sedang naik dari Rp12 juta menjadi Rp13 juta dan ukuran besar naik dari Rp18 juta menjadi Rp19.5 juta per ekor, naiknya harga karena tingginya permintaan daging selama bulan puasa hingga menjelang Idul Fitri.
Foto: SAIFUL BAHRI/ANTARA
Pedagang dan pembeli sapi bertransaksi di Pasar Keppo, Pamekasan, Jawa Timur, Sabtu (1/5/2021). Sejak awal Ramadhan 1442 H. harga sapi di Madura ukuran sedang naik dari Rp12 juta menjadi Rp13 juta dan ukuran besar naik dari Rp18 juta menjadi Rp19.5 juta per ekor, naiknya harga karena tingginya permintaan daging selama bulan puasa hingga menjelang Idul Fitri.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa timur mencatat, ekonomi wilayah setempat pada triwulan I 2021 terkontraksi atau minus 0,44 persen bila dibandingkan triwulan I 2020 (YoY). Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan menjelaskan, dari sisi produksi, kontraksi terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 13,30 persen.

"Kemudian diikuti Jasa Lainnya sebesar 8,97 persen dan Jasa Perusahaan sebesar 8,06 persen," kata Dadang saat menggelar konferensi pers secara virtual, Rabu (5/5).

Dari sisi pengeluaran, lanjut Dadang, kontraksi terdalam terjadi pada Komponen Ekspor Luar Negeri sebesar 9,94 persen. Kemudiam diikuti Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 1,92 persen, dan PMTB sebesar 2,68 persen.

Dadang menambahkan, secara quarter-to-quarter (Q to Q), atau jika dibandingkan triwulan VI 2020, perekonomian Jatim triwulan I 2021 tumbuh 0,11 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 12,23 persen.

"Kemudian diikuti Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor sebesar 2,04 persen, serta Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang sebesar 0,93 persen," kata Dadang.

Dari sisi pengeluaran, lanjut Dadang, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Impor Luar Negeri sebesar 10,72 persen. Sayang, komponen pengeluaram lainnya masih mengalami kontraksi.

epanjang 2020, ekonomi Jawa Timur mengalami kontraksi sebesar 2,39 yang merupakan dampak wabah Covid-19. Kontraksi ekonomi Jatim di 2020 bahkan lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang sepanjang 2020 mengalami kontraksi 2,07 persen.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, fokus pembangunan Jatim pada 2022 akan diarahkan pada pemulihan ekonomi. Fokus lainnya adalah pembangunan infrastruktur wilayah selatan Jatim, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), serta reformasi pelayanan dasar seperti kesehatan.

“Fokus di tahun 2022 yakni pemulihan ekonomi, pembangunan infrastruktur wilayah selatan, kesehatan dan SDM ini kami harap bisa betul-betul membuat tagline Jatim Bangkit dapat terlaksana,” kata Khofifah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement