REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Tjandra Yoga Aditama menyatakan, varian baru Corona SARS-CoV-2 bernama B1617 sedang dalam penelitian intensif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). B1617 diteliti karena kemampuannya bermutasi ganda.
"Kemarin Kementerian Kesehatan mengumumkan ditemukan varian baru B1617 yang semula dilaporkan di India dan peningkatan jumlahnya kurang lebih sejalan dengan peningkatan kasus di India, yang sekarang juga sudah ditemukan di negara kita," katanya dalam pesan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (4/5).
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu mengatakan, bahwa varian B1617 sering juga disebut sebagai double mutant sebab memiliki kemampuan mutasi secara ganda. Dari analisis lebih lanjut, kata dia, varian asal India ini memiliki berbagai bentuk, seperti B16171, B16172 dan B16173.
"Yang B16171 dan B16172 pertama kali diidentifikasi di India pada Desember 2020 dan jumlahnya juga meningkat sejalan dengan peningkatan kasus yang ada sekarang ini," katanya.
Ia menjelaskan, studi awal oleh WHO berdasarkan sekuens yang dimasukkan ke GISAID, sebagai lembaga bank data yang menjadi acuan untuk data genom virus corona SARS- CoV-2, menduga bahwa varian B1617 punya kemungkinan berkembang lebih tinggi dari varian lain yang ada di India. Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi, Jakarta itu mengatakan sejak akhir April 2021 WHO sudah menggolongkan galur varian B1617 'naik kelas' sebagai variant of interest (VOI) atau yang sedang dalam proses penelitian secara intensif.
Varian baru B1617, kata dia, saat ini masuk dalam jajaran varian virus lainnya yang sedang diteliti, seperti B1525, B1427/ B1429, B11282 alias P2, B11283 alias P3, B1526 dengan E484K atau S477N dan B1616. Hasil penelitian tersebut akan menentukan apakah kelompok VOI kembali 'naik kelas' dalam jajaran mutasi virus di kelompok variant of concern (VOC) bersama B1351 dan B117 yang perlu diwaspadai.
"Kedua jenis varian ini kini sudah ada juga di Indonesia," katanya.
Ia menambahkan selain B1617, varian baru yang juga sudah terkonfirmasi masuk ke wilayah Indonesia adalah B1351 yang semula berasal dari Afrika Selatan, lalu ditemukan di India. "Kementerian Kesehatan mengumumkan di Indonesia sudah ditemukan juga varian baru B1351 yang mula-mula di India dan kini ada di Indonesia," demikian Tjandra Yoga Aditama.