Senin 03 May 2021 05:11 WIB

Vaksin dan Solidaritas Global tak Cukup Atasi Pandemi

Pengalaman India menghadapi gelombang kedua Covid-19 harus jadi peringatan dunia.

 Kerabat melakukan upacara terakhir untuk korban COVID-19 selama pemakaman mereka di tempat kremasi di New Delhi, India,  Kamis (29/4). Delhi melaporkan 25.986 kasus baru, 368 kematian dalam 24 jam terakhir dan terus berjuang dengan pasokan oksigen.
Foto:

Oleh : Nuraini, Jurnalis Republika.co.id

Kini, India hanya bisa berharap pada bantuan negara lain untuk membantu penanganan Covid-19. Sejumlah negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Korea Selatan, dan Taiwan telah mengirimkan berbagai bantuan ke India. Bantuan itu seperti generator oksigen, tabung oksigen, hingga peralatan medis seperti ventilator. Dengan krisis Covid-19 yang semakin dalam, nampaknya pemerintah India kini juga menyadari sempat lengah pada pembatasan penularan Covid-19. Pengadilan India telah mengancam sanksi pejabat yang lalai menangani Covid-19. Pemerintah India juga berjanji menggencarkan vaksinasi Covid-19.

Kondisi yang terjadi di India menjadi peringatan bagi negara lain di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Saat menjadi produsen vaksin Covid-19 saja tidak menolong India menghindari krisis, bagaimana dengan negara yang menggantungkan vaksinnya dari negara lain? Solidaritas global yang membantu negara-negara dengan kasus Covid-19 menjadi tumpuan harapan. Namun, saat hanya sedikit negara yang sudah mampu menekan kasus Covid-19, seberapa kuat solidaritas global mampu membantu negara lain mengatasi Covid-19.

Saat ini, semua negara memiliki pekerjaan yang sama: keluar dari pandemi. Jika satu negara abai terhadap kondisi negaranya sendiri, maka itu juga menjadi masalah bagi dunia. Krisis Covid-19 di India sudah selayaknya menjadi pengingat bagi Indonesia untuk serius menangani Covid-19. Jangan sampai lengah, apalagi kebijakan setengah hati seperti larangan mudik tetapi tempat wisata dibuka terus dilakukan. Kita akan semakin tidak tahu kapan Indonesia keluar dari pandemi Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement