REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam musibah tenggelamnya KRI Nanggala-402 di perairan Bali pada Rabu (21/3) pagi WIB, banyak media online salah memberitakan. Dilaporkan kapal selam Nanggala-402 sempat mengirimkan sinyal tempur sebelum akhirnya hilang kontak. Sehingga, hal itu memunculkan isu bahwa KRI Nanggala-402 ditembak oleh kapal selam asing.
Berita tersebut mengutip pendapat aktivis media sosial, yang menganalisis pernyataan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Provinsi Bali pada Ahad (25/4). Selanjutnya, berkembang informasi musuh sudah masuk di Indonesia dan KSAL membiarkan kejadian tersebut.
Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal) mencoba meluruskan pemberitaan tersebut. Pernyataan KSAL yang benar pada saat itu berbunyi: "…isyarat–isyarat peran tempur dan peran menyelam." Ucapan tersebut disalahpersepsikan oleh media menjadi …."perang tempur". Sehingga dianalogikan sedang terjadi perang antara KRI Nanggala-402 dan kapal selam asing.
Adapun kata "peran" yang disampaikan KSAL saat itu adalah salah satu bagian dari rangkaian latihan yang selama ini dilaksanakan oleh TNI AL. Sehingga pendapat media yang menyatakan KRI Nanggala-402 saat itu melaksanakan "perang tempur" adalah tidak benar. Dispenal menegaskan, itu hanya merupakan bagian dari rangkaian latihan yang dilaksanakan.
Kata peran bermakna "melakukan pengadegan/seolah olah" istilah latihan ini merupakan bagian dari keseriusan dalam setiap melaksanakan rangkaian latihan. Contoh lain, selain "peran tempur" ada kata "peran kebocoran", "peran orang jatuh di laut", "peran bahaya atas air", dan lain lain.