REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengusulkan rencana perubahan nama Kota Tua-Sunda Kelapa menjadi Batavia. Anies menyampaikan, hal itu saat memberikan sambutan dalam acara penandatanganan pembentukan Joint Venture (JV) Kota Tua - Sunda Kelapa antara Kementerian BUMN dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang sepakat untuk merevitalisasi kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa, Rabu (28/4).
Kegiatan tersebut juga dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno hingga Dirut PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo. Joint Venture itu terdiri atas PT Jakarta Tourisindo (Jakarta Experience Board), PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero), dan PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ).
"Sepanjang acara, saya tergelitik dengan tulisan Batavia di sebelah podium ini. Mengapa tidak nama Kota Tua kita kembalikan menjadi Batavia? Batavia mempunyai sejarah panjang," kata Anies.
Anies mengatakan, bila menelusuri kata Batavia dalam mesin pencarian Google, maka akan menampilkan berbagai link yang menarik. Bahkan, dia berujar, link tersebut ditulis dengan menggunakan macam-macam bahasa, seperti Indonesia, Inggris, hingga Belanda.
"Berlatar abad 16-18, yang menggambarkan bahwa Batavia adalah sesuatu banget. Silakan nanti tim JV melakukan sesuatu dan memutuskan," ujarnya.
Lebih lanjut, mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menyebut, transformasi kawasan Kota Tua - Sunda Kelapa pun sudah pernah dicanangkan sejak masa Gubernur Ali Sadikin. Namun, upaya tersebut baru terlaksana saat ini dengan cara baru.
"Bedanya, kali ini dengan cara baru, sehingga kita lebih optimistis meraih sukses. Cara baru tersebut adalah kolaboratif, masif, dan terstruktur. Kolaboratif adalah melibatkan banyak pihak, pusat, daerah, swasta, UKM, dan pakar," ungkap dia.
"Lalu, masif dengan yang dikelola bukan sejumlah bangunan saja, tetapi kawasan seluas 240 hektar dari Sunda Kelapa, hingga Kota Tua. Kemudian, terstruktur adalah melalui pembentukan JV yang diberi banyak fleksibilitas dan otoritas untuk mengelola," tambahnya.
Selain itu, Anies menilai, masa lalu bukan untuk bernostalgia. Namun, menurutnya, agar menciptakan peluang ekonomi, sekaligus memberi kesempatan bagi generasi mendatang untuk belajar.
Sebab, Anies tidak ingin menjadikan Kota Tua sebagai destinasi wisata saja, tetapi juga sebagai ekosistem ekonomi yang dinamis dan menarik orang untuk berkarya.
"Ada kehidupan di Kota Tua, dan kehidupan itulah yang menarik wisatawan untuk datang. Kita tidak ingin desain kota tua nanti penuh dengan copy paste dari tempat lain di dunia, tetapi Kota Tua harus memiliki narasi, ciri, dan keunikan tersendiri," tutur Anies.
Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, JV itu diarahkan untuk membangun pasar turis lokal atau domestik di tengah momentum pemulihan ekonomi nasional. Fokus pada pembangunan turis lokal itu, menurut Erick, berdasar pada data tren turis domestik yang berada pada kisaran 78 persen secara nasional.
"Sudah saatnya kita membangun destinasi turis lokal, kita tidak boleh hanya berfokus pada turis internasional," kata Erick.
"BUMN terus membangun destinasi untuk turis lokal seperti di Lampung, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat dan lainnya karena 78 persen kunjungan pariwisata itu didominasi oleh turis lokal, oleh karena itu, kita tidak segan-segan memastikan membangun fasilitas yang friendly bagi turis lokal," ucap Erick.