Kamis 29 Apr 2021 09:30 WIB

Ancaman Mutasi Covid-19 dari Daging Kerbau Impor India

Sangat mungkin daging kerbau dari India berisiko membawa varian baru Covid-19.

Petugas Badan Urusan Logistik (Bulog)  menyusun daging kerbau beku impor dari India ke dalam alat pendingin. Lonjakan kasus Covid-19 India membuat Indonesia mengurangi jumlah impor daging kerbau yang masuk ke Tanah Air.
Foto:

Pemerintah memastikan kebijakan impor daging kerbau beku dari India tetap akan direalisasikan meskipun saat ini tengah terjadi angka penularan Covid-19 cukup tinggi di India. Pasalnya, alternatif negara ekspotir daging untuk saat ini sulit ditemukan karena mengalami keterbatasan pasokan secara global.

Deputi Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdalifah, mengatakan, pemerintah telah memberikan alokasi kepada BUMN untuk melakukan impor dari India pada tahun ini. Alokasi tersebut hingga saat ini harus terus dilaksanakan karena belum ada perubahan kebijakan pemerintah.

Baca juga : Polda Metro Tangkap Lima WN India Pelanggar UU Karantina

BUMN yang ditugaskan mengimpor daging kerbau, yakni Perum Bulog sebanyak 80 ribu ton untuk tahun 2021. Musdalifah mengatakan, fokus pemerintah saat ini mengamankan kebutuhan untuk perayaan Idul Fitri pada Mei mendatang. Jika ingin mencari alternatif, tentunya harus mendatangkan pasokan dari negara terdekat, seperti Australia. Namun, pada saat yang bersamaan, Australia juga sedang mengalami keterbatasan pasokan selain dari harga yang cukup tinggi.

"Kendala ini sebabkan kita tidak melakukan perubahan, kita tetap optimalisasikan apa yang sudah diputuskan. Kerbau masuk terus meski ada corona karena kontra sudah berjalan," kata Musdalifah dalam webinar Indonesia Australia Red Meat & Cattle Partnership, Rabu (28/4).

Ia mengatakan, sejauh ini ada sekitar 13 ribu ton daging kerbau beku yang telah didatangkan oleh Bulog. Musdalifah mengatakan, penambahan pasokan direncanakan bisa dilakukan hingga pekan pertama Mei atau paling lambat pekan ketiga. Itu berpatokan pada momen Idul Fitri yang kemungkinan jatuh pada 13 Mei 2021.

Sementara itu, ia mengatakan, pemerintah terus memobilisasi sentra-sentra produksi lokal, baik di perusahaan penggemukan sapi atau feedloter maupun peternakan sapi. "Mungkin saat ini terjadi hal-hal demikian (kasus Covid-19), tapi mudah-mudahan tidak mengganggu kontrak-kontrak yang sudah berjalan sehingga sudah tersedia cukup," ujar dia.

Sebelumnya, Perum Bulog menyatakan menunda sementara pemasukan impor daging kerbau India karena situasi penyebaran Covid-19 yang melonjak drastis dalam beberapa waktu terakhir. Importasi akan dilanjutkan jika situasi Covid-19 mulai mereda sehingga keamanan daging bisa terjaga.

Direktur Utama Bulog, Budi Waseso, mengatakan, sejauh ini pasokan daging kerbau beku yang tiba di Indonesia sebanyak 13 ribu ton dari total penugasan 2021 sebesar 80 ribu ton. Pasokan yang sudah datang itu dipastikan aman untuk kebutuhan stabilitasi harga menjelang Hari Raya Idul Fitri pada Mei mendatang.

Budi memastikan, pasokan daging yang sudah diterima Bulog aman dikonsumsi karena sudah melalui pengecekan laboratorium. "Untuk kelanjutan importasi kita melihat situasi, kita tidak akan datangkan selama perkembangan di sana tidak kondusif. Kita jaga betul," kata Budi.

Lebih lanjut, ia menyampaikan, sebetulnya Bulog sudah meneken kontrak untuk kedatangan kedua sebanyak 26 ribu ton dari India. Semula dijadwalkan masuk ke Indonesia pada sekitar Mei-Juni mendatang. Karena situasi yang mengkhawatirkan, pasokan tersebut alhasil ditahan.

"Ada 26 ribu ton kita tahan karena jangan sampai nanti timbul pandangan membawa virus Covid-19. Kita harus saling menjaga, tidak mengejar keuntungan saja," ujarnya menambahkan.

Musdalifah menyampaikan, pada saat momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri, konsumsi daging sapi secara nasional rata-rata naik naik 0,5-3 persen dibanding bulan-bulan normal. Namun, akibat gangguan tersebut, alhasil menimbulkan potensi kenaikan harga sapi di tingkat konsumen.

Musdalifah memaparkan, komposisi konsumsi daging sapi di Indonesia, yakni sebanyak 45 persen dan dipasok dari daging sapi impor. Selanjutnya, 38 persen dari daging sapi, dan 17 persen daging jeroan.

Karena itu, ia mengakui pemerintah saat ini tengah melakukan lobi ke negara-negara pemasok daging sapi lain, seperti India, Brasil, Meksiko, Filipina, Spanyol, hingga Argentina. Namun, untuk sebagian negara mengalami kendala lain, seperti jarak yang terlalu jauh.

Pemerintah, dia menambahkan, juga tengah mendorong perusahaan pelat merah maupun swasta untuk ikut membantuk memasok kebutuhan daging sapi impor. Itu dilakukan sembari pemerintah memobilisasi sentra-sentra peternakan lokal, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Lampung.

Baca juga : Warga India Berebut Daftar Vaksin Covid-19

Selain itu, sentra-sentra penggemukan sapi atau feedloter juga diminta untuk membantu penyediaan daging, seperti di Sumatra Utara, Lampung, Banten, dan Jawa Barat. "Sentra sapi dan feedloter ini kami harapkan bisa membantu kekurangan neraca," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement