REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT – Indonesia tengah memasuki fase bonus demografi. Potensi tersebut akan menjadi sia-sia apabila sumber daya manusia mengalami stunting. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Wiryanta dalam forum “Kepoin Genbest” di Kabupaten Bandung Barat, Jumat (23/4).
“Bisa dikatakan jika seseorang telah terkena stunting maka mereka kalah sebelum mengikuti kompetisi,” ujar Wiryanta, dalam rilisnya, Jumat.
Dalam menangani isu stunting, Kominfo menargetkan remaja putri dan ibu muda agar peduli terhadap stunting sejak awal. Kelompok ini dianggap paling berperan dalam menghasilkan generasi muda dan membantu pemerintah mengkampanyekan gerakan penurunan prevalansi stunting. Wiryanta menambahkan, pencegahan stunting sudah harus dilakukan sejak masih remaja dengan memperhatikan kesehatan dan asupan gizi.
“Remaja dan ibu muda ini nantinya menjadi calon orang tua di masa depan. Jika kesehatan dan gizi mereka tidak dijaga sejak sekarang, maka akan berdampak buruk di masa mendatang,” imbuh Wiryanta.
Selain itu Kepala Pusat Penelitian, Pengembangan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Dr. Irma Ardiana juga mengatakan hal serupa. Menurutnya jika ingin mewujudkan generasi emas Indonesia di tahun 2045, sejak dini remaja dan ibu muda harus memperhatikan kesehatan dan mulai merencanakan sebaik mungkin dari awal sebelum mengandung sampai kemudian melahirkan anak.
Apalagi di tengah pandemi Covid-19, menurutnya momentum yang baik untuk menjaga kesehatan dan gaya hidup guna mencegah terjadinya stunting. “Pandemi justru tidak menyurutkan kita berkampanye menurunkan stunting. Justru momentum yang baik untuk menurunkan angka prevalansi stunting,” ujarnya.
Sementara pada kesempatan yang sama, Dr. Davrina Rianda yang merupakan Peneliti HNRC-IMERI FK UI mengimbau agar remaja putri dan ibu muda mulai sejak dini memperhatikan gaya hidup. Gaya hidup yang tidak sehat menurutnya sangat mempengaruhi kondisi tubuh dan memicu terjadinya stunting bagi anak.
“Perhatikan gaya hidup mulai sekarang. Kalau masih muda, susah konsentrasi, mudah pegal-pegal, itu berarti gaya hidupnya yang salah. Penyebabnya bisa dari segi makanan, aktivitas, merokok, enggak olahraga, atau dari segi kebersihan dan sanitasi,“ ujarnya.
Oleh karena itu, Davrina menyarankan remaja putri dan ibu muda mulai membiasakan diri minimal 30 menit, lima kali dalam sepekan melakukan olahraga ringan seperti aerobik dan jogging untuk menunjang gaya hidup sehat, terutama di masa pandemi Covid-19.
Stunting merujuk pada kondisi gagal tumbuh pada anak. Penyebabnya akibat kekurangan gizi kronis dan paparan infeksi berulang, terutama di seribu hari kehidupan. Salah satu kunci untuk menurunkan stunting adalah penanganan kemiskinan karena kemiskinan merupakan salah satu penyebab ibu dan anak tak memperoleh gizi yang cukup.
Plt Bupati Kabupaten Bandung Barat Hengky Kurniawan dalam sambutannya menjelaskan, di tengah situasi pandemi saat ini angka kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat terus mengalami kenaikan.
Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bandung Barat tahun 2020 berjumlah 179,46 ribu orang atau 10,49 persen mengalami peningkatan dari tahun 2019 yang berjumlah 159,03 ribu orang atau 9,38 persen.
"Untuk itu di tahun 2021 ini program-program pemulihan ekonomi masyarakat akan menjadi skala prioritas sehingga dapat menekan angka kemiskinan dan diharapkan dapat berpengaruh positif dalam penurunan angka stunting di Kabupaten Bandung Barat," imbuhnya.