Bintang menyadari pemberdayaan perempuan dan perlindungan terhadap perempuan dalam dunia digital bukan merupakan pekerjaan mudah. Ia menyebut terbatasnya akses perempuan terhadap teknologi informasi, problematika kemandirian secara ekonomi, maupun kerentanan perempuan merupakan masalah kompleks. Oleh karena itu, Bintang mengajak seluruh stakeholder dan masyarakat untuk bersama menciptakan ruang yang ramah bagi perempuan, termasuk di dunia digital.
"Mencapai kesetaraan yang diidamkan bersama tidak akan cukup dilakukan oleh pemerintah atau satu pihak saja," tegas Bintang.
Sementara itu, Pendiri Institute of Social Economic Digital (ISED), Sri Adiningsih, menyebut ketimpangan digital masih terjadi pada kelompok perempuan. Namun ia mengklaim perempuan punya potensi dalam pembangunan ke arah transformasi digital.
"Kita kadang berpikir kalau terkait dengan teknologi perempuan minim terlibat. Ternyata perempuan juga tidak takut dan tidak khawatir, terbukti meskipun masih ada ketimpangan dalam transformasi digital tetapi mereka terus berkembang, maju dengan digitalisasi," ucap Adiningsih.