REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Haura Hafizhah, Febrian Fachri
Indonesia disebut telah berhasil melalui puncak kasus Covid-19, yang terjadi pada Januari lalu. Dibanding awal 2021, dengan kasus baru Covid-19 bisa tembus 14.500 orang per hari, saat ini pada April 2021 kasus harian cukup konsisten di angka 5.000 orang per hari. Dalam waktu hampir empat bulan, Indonesia mampu menekan angka penularan Covid-19.
Tetapi Indonesia tak boleh lengah. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebutkan, Indonesia tetap dihadapkan pada ancaman lonjakan kasus, seperti yang dialami negara-negara lain seperti India, Filipina, hingga sejumlah negara Eropa.
Lonjakan ini, menurut Wiku, terutama disebabkan mulai abainya warga dalam menjalankan protokol kesehatan. Arus pergerakan manusia pun turut ambil peran.
Wiku mengatakan, perkembangan kasus Covid-19 di tingkat global saat ini tercatat mengalami tren kenaikan. Terdapat sejumlah negara yang saat ini kewalahan dalam menangani Covid-19 karena terjadinya lonjakan kasus baru, seperti di India, Turki, dan juga Brazil.
"Brazil merupakan negara dengan jumlah penduduk yang paling dekat dengan Indonesia dan mengalami kenaikan kasus sampai lebih dari 70 ribu di April 2021," kata Wiku, dalam keterangan pers, Kamis (22/4).
Pada awalnya, India telah berhasil menjaga agar kasus positif terus menurun. Namun sejak pertengahan Februari hingga hari ini, angka kasus positif justru semakin melonjak tajam.
"Dari yang sebelumnya hanya sembilan kasus baru menjadi lebih dari 300 ribu kasus baru per harinya. Ini berarti kenaikannya mencapai lebih dari 30 kali lipat," ucapnya.
Sedangkan di Turki, kasus positif harian juga mengalami peningkatan yang cukup tajam. Pada Januari, Turki berhasil mempertahankan penambahan kasus positif harian di angka lima ribu kasus baru. Namun angka tersebut terus meningkat tajam hingga April dan mengalami penambahan lebih dari 60 ribu kasus baru per harinya atau meningkat 12 kali lipat.
Wiku mengingatkan, jika Indonesia tidak berhati-hati dan disiplin menjalankan protokol kesehatan maka bisa terjadi lonjakan kasus seperti di negara lainnya. Kondisi ini sangat berpotensi menyebabkan terjadinya kasus-kasus fatal.
Ancaman lonjakan kasus Covid-19 yang mengadang, terutama menjelang Lebaran, akhirnya membuat pemerintah mengambil kebijakan tak populer, yakni melarang mudik. Tak hanya itu, dalam kurun waktu H-14 hingga H+7 peniadaan mudik, syarat perjalanan juga diperketat.
"Pencapaian Indonesia dalam menekan kasus selama 4 bulan terakhir ini perlu kita jaga, jangan sampai kita melakukan kesalahan yang sama dengan yang dilakukan negara lain dengan lengah dan tidak meningkatkan disiplin terutama jelang periode libur Idul Fitri," ujar Wiku.
Berkaca pada pengalaman sepanjang 2020 lalu, momen libur panjang selalu menyisakan lonjakan kasus. Hal ini disebabkan kenaikan mobilitas warga saat libur panjang tersebut. Satgas mencatat, peningkatan mobilitas penduduk selalu terjadi terutama di pusat perbelanjaan, taman-taman kota, dan destinasi wisata.
Kenaikan mobilitas penduduk di pusat perbelanjaan, saat libur Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi berkisar di antara 10-19 persen. Namun pada libur Natal dan tahun baru, kunjungan ke pusat perbelanjaan naik sampai 23 persen dibanding hari biasa.
"Selain itu di taman dan tempat wisata kenaikannya lebih tinggi dibandingkan pusat perbelanjaan. Pada libur kemerdekaan RI, kenaikan mencapai 32 persen dan pada Maulid Nabi naik 28 persen," kata Wiku.
Wiku pun meminta masyarakat Indonesia bersabar lebih lama untuk menahan diri dari bepergian tanpa kepentingan mendesak. Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai ini, menurutnya, mengurangi mobilitas adalah bentuk bela negara tertinggi yang bisa dilakukan seorang warga masyarakat.
Grafik penambahan kasus
Ancaman lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia terlihat dari grafik kasus harian yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19. Setelah menunjukkan penurunan kasus secara konsisten sejak akhir Januari hingga awal April 2021, tren grafiknya menjadi stagnan dan cenderung mulai menanjak sejak awal April sampai hari ini.
Pada Kamis (22/4) ini, tercatat ada 6.243 kasus positif baru. Angka ini sekaligus yang tertinggi dalam dua pekan terakhir. Penambahan kasus harian di atas 6.500 orang terakhir dilaporkan pada Ahad (4/4).
Selain itu, angka positivity rate Covid-19 harian khusus untuk pemeriksaan PCR masih konsisten di atas 20 persen. Seperti pada hari ini, positivity rate dengan tes PCR mencapai 21,29 persen.
Pada penambahan kasus hari ini, Jawa Barat menjadi provinsi yang melaporkan angka tertinggi yakni 1.358 kasus baru. Posisi kedua ditempati DKI Jakarta dengan 1.266 kasus. Menyusul kemudian ada Jawa Tengah dengan 600 kasus, Riau dengan 419 kasus, dan Jawa Timur dengan 291 kasus.
Selain itu, dilaporkan juga ada penambahan pasien sembuh dari Covid-19 sebanyak 5.993 orang. Sehingga jumlah pasien yang berhasil sembuh dari Covid-19 mencapai 1.481.449 orang.
Sayangnya angka kematian terus meningkat. Pada hari ini dilaporkan ada 165 kematian akibat Covid-19. Sehingga jumlah keseluruhan pasien yang meninggal dunia dengan status positif Covid-19 mencapai 44.172 orang.
Sementara terkait progres vaksinasi Covid-19, per hari ini sudah nyaris 6,5 juta penduduk Indonesia telah mendapat suntikan vaksin dosis lengkap.
In Picture: Prokes Terminal Tirtonadi Jelang Larangan Mudik
Pembukaan tempat wisata dikritik
Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan kebijakan pemerintah untuk melarang mudik namun membolehkan wisata berpotensi meningkatkan kasus Covid-19. Ia pun menyarankan pemerintah membuat kebijakan baru yang membatasi pergerakan masyarakat, mengingat angka positivity rate di Indonesia masih tinggi pada kisaran 11 persen.
"Kebijakan pemerintah untuk melarang mudik benar tapi kalau membolehkan untuk membuka wisata ini yang mengkhawatirkan. Kenapa? harus dipastikan di tempat wisata itu hanya orang yang berasal dari zona wilayah tersebut jangan ada dari daerah lain. Kalau peraturan ini tidak bisa dipastikan nantinya lonjakan kasus Covid-19 akan naik," katanya saat dihubungi Republika, Kamis (22/4).
Dicky juga meminta, kebijakan pembukaan tempat wisata ini harus diperhatikan oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Pemda harus memiliki daftar tempat wisata yang buka dan dimana saja. Harus dipastikan juga pengunjung berasal dari daerah tersebut.
Ia mencontohkan misalnya wisata di Bandung berarti pengunjungnya harus berasal dari daerah Bandung jangan dari Jakarta atau daerah lain. Lalu, pengunjung yang datang harus registrasi secara daring agar bisa di tracing jika salah satu pengunjung terkena Covid-19.
"Fasilitas dan pengamanan Covid-19 ini perlu ya. Pemda harus berperan aktif seperti sediakan tenaga kesehatan dan tempat antrean yang memadai. Jangan lupa tetap 5M. Jika aturan ini tidak ada ya jangan heran kalau kasus Covid-19 nantinya akan kembali naik," kata dia.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan pemerintah sudah mengambil keputusan tegas melarang aktivitas mudik lebaran selama 6-17 April 2021. Keputusan ini diambil untuk menekan angka penularan covid-19.
“Pemerintah sudah mengambil keputusan yang tegas utk meniadakan mudik. Diambil keputusan tegas karena kita mengantisipasi lonjalan penularan Covid dengan bingkai PPKM skala mikro,” kata Sandiaga di Bukittinggi, Kamis (22/4).
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro menurut Sandi akan dieksekusi oleh kepala daerah mulai dari gubernur, bupati dan wali kota, sesuai dengan tingkatan kasus covid di daerahnya masing-masing.
Terkait dengan pariwisata, menurut Sandi, penggerak wisata dan pengelola destinasi wisata meningkatkan kedisiplinan protokol kesehatan. Ia meminta gubernur bupati dan wali kota memberikan instruksi supaya prokes di sektor wisata benar-benar terpenuhi.
“Ditutup atau tidak objek wisata, itu tergantung kepala daerah,” ujar Sandiaga.